Kamis, 28 Maret 2024

MUI akui tak bisa beri sanksi pada dai yang kontroversi di TV

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 
Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengundang dai-dai yang berdakwah di televisi untuk mengikuti standarisasi kompetensi di Kantor Pusat MUI, Jakarta, 5 Maret 2020. (Foto: CNN Indonesia)

Jakarta (Riaunews.com) – Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI Cholil Nafis mengatakan pihaknya tak bisa memberikan sanksi kepada dai yang berdakwah di televisi, dan dianggap isinya kontroversial.

Cholil menerangkan MUI hanya akan memberikan pembinaan dan peringatan mengenai isi dakwah dari dai tersebut agar sesuai dengan kaidah dan ajaran agama.

“Ketika ada laporan kita akan lakukan tabayyun, verifikasi, dan kalau memang itu salah, kita akan beri peringatan. Kalau (maksud ceramah itu) baik, kita akan jelaskan kesalahpahaman dari dai itu ke masyarakat,” kata Cholil kepada CNNIndonesia.com di Kantor MUI, Jakarta, Kamis (5/3/2020).

Ia menyatakan MUI dan sejumlah dai yang sering tampil di televisi juga telah meneken pakta integritas tentang penyampaian dakwah. Masyarakat pun bisa melaporkan kepada MUI jika menemukan ada dai yang dianggap menyampaikan dakwah yang melenceng dari pakta tersebut.

Pada Kamis pagi ini, MUI melakukan standarisasi kompetensi kepada sejumlah dai yang sering tampil di televisi. Standarisasi ini merupakan yang ketiga kalinya dilakukan MUI.

Menurut Cholil, standarisasi kali ini sengaja diperuntukkan kepada para dai yang biasa berdakwah di layar kaca. Sementara, dua kegiatan standarisasi sebelumnya ditujukan kepada organisasi kemasyarakatan (ormas) keagamaan di bawah MUI.

“Maka dengan mengundang (sejumlah dai) ke sini, kita satukan visi, persepsi itu. Kita menyamakan paradigma dalam berdakwah,” jelas Cholil.

Meskipun demikian, Cholil menegaskan, MUI tidak akan melarang para dai yang tidak hadir dalam acara kali ini untuk berdakwah di televisi. Dia menyatakan standarisasi ini hanya bertujuan meningkatkan mutu pengetahuan dari para dai.

“Ulama-ulama ini kan jarang dengerin, selalu ceramah kan, mendengarkan ceramah jarang. Dengan cara begini kita bisa bersama-sama saling mengisi, saling mendengarkan,” kata dia.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *