
Pekanbaru (Riaunews.com) – Aneka rupa ikhtiar dilakukan warga dunia demi terhindar dari pandemi Corona, termasuk menyemprot jalanan dengan disinfektan. Kegiatan penyemprotan itu juga marak dilakukan di Indonesia. Namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menilai itu sebagai cara konyol.
Di Riau sendiri, sejumlah penyemprotan luar ruang dan jalanan juga pernah dilakukan.
Puncaknya pada Selasa, 31 Maret 2020 silam sejumlah jalan protokol di Kota Pekanbaru dan kota-kota lainnya di Provinsi Riau disemprot cairan disinfektan menggunakan mobil watercanon milik Polri dan truk pemadam kebakaran.
Tak hanya di Riau, penyemprotan jalan dengan cairan disinfektan juga marak dilakukan di Jakarta, Surabaya, Bandung, Bali dan daerah lain.
Fenomena ini tak hanya terjadi di Indonesia, akan tetapi juga ada di India, Meksiko, hingga Turki.
Namun tindakan ini tidak direkomendasikan organisasi kesehatan dunia (WHO).
Disiarkan DW News, Kepala Jaringan Wabah dan Tanggap Darurat Global WHO, Dale Fisher, mereka tidak mekomendasikan penyemprotan jalanan atau luar ruang.
“Mungkin itu adalah citra masyarakat yang kita anggap serius, saya tidak tahu. Yang jelas, itu adalah hal yang tidak kami rekomendasikan. Kami tidak percaya orang-orang tertular virus dari permukaan tanah (jalanan -red),” kata Fisher.
Daripada menyemprot jalanan dengan disinfektan mengandung klorin, lebih baik menggalakkan kegiatan cuci tangan dengan sabun.
“Saya lebih melihat orang-orang mencuci tangan dan menjaga jarak, hal seperti itulah yang merupakan aksi tanggap masyarakat terhadap virus, bukan menyemprotkan klorin di mana-mana,” kata Fisher.
Dilansir Reuters, Fisher bahkan menganggap langkah penyemprotan jalanan dengan disinfektan bisa berisiko merugikan kesehatan masyarakat, membuang waktu, dan menghamburkan sumber daya.
“Itu adalah sebuah gambaran konyol di banyak negara,” kata Fisher yang juga ahli penyakit menular.
“Saya tidak percaya itu bisa berkontribusi apapun untuk merespons (COVID-19) dan bisa beracun bagi masyarakat. Virus itu tidak akan bertahan lama di lingkungan dan orang-orang pada umumnya juga tidak menyentuh permukaan (tanah/jalanan),” kata Fisher.***