Jakarta (Riaunews.com) – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi membeberkan rencana masuknya 500 Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China untuk membantu percepatan pembangunan smelter di Konawe, Sulawesi Selatan.
Hal ini merespons kegaduhan yang mengemuka di masyarakat terkait penggiringan opini bahwa isu tenaga kerja asing akan menggeser para pekerja Indonesia.
Baca: Soal 5.000 TKA China di Morowali, Luhut: Mereka yang paham teknologi
“Saya akan bicara apa adanya saja. Rencana kehadiran 500 TKA China sekitar akhir Juni atau awal Juli adalah untuk mempercepat pembangunan smelter dengan teknologi RKEF dari China,” kata Juru bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi, dalam pernyataannya, Ahad (7/6/2020).
“Kita harus jujur bahwa dengan teknologi RKEF China mereka bisa bangun secara ekonomis, cepat, dan memiliki standar lingkungan yang baik.”
Jodi melanjutkan, TKA dari Negeri Tirai Bambu dibutuhkan karena bagian dari tim konstruksi yang akan mempercepat pembangunan smelter. Namun, setelah smelter tersebut jadi, maka TKA tersebut akan kembali ke negara masing-masing. “Pada saat operasi, mayoritas tenaga kerja berasal dari lokal,” tuturnya.
Dalam kesempatan sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan merespons positif terkait kedatangan 500 TKA China ke Indonesia. Luhut menyebut, sebagai negara yang menganut sistem politik bebas aktif, Indonesia bisa menjalin kerjasama dengan negara manapun.
Baca: Soal 500 TKA China, Jokowi: Tunggu situasi normal dan aman
Ia juga menyebut China adalah salah satu negara yang memberikan andil besar terhadap perekonomian dunia. Juga menurut Luhut, tudingan kedekatan antara Indonesia dengan China tak seharusnya dianggap berlebihan.
“Supaya anak muda tahu, ekonomi China ini hampir 18 persen berpengaruh ke ekonomi global. Amerika kira-kira 25 persen. Jadi suka tidak suka, senang tidak senang, mau bilang apapun, China ini merupakan kekuatan dunia yang tidak bisa diabaikan,” katanya dalam diskusi virtual, Jumat (5/6/2020).
Besarnya pengaruh China terhadap dunia dinilai Luhut sebagai gambaran kepada masyarakat bahwa kerjasama dengan negara itu bisa dijalankan. Apalagi, Indonesia adalah negara yang menganut bebas aktif, sehingga bisa bekerja sama dengan negara manapun.
“Jadi tidak bisa kita musuhin satu (negara), maunya sama ini saja. Dan juga tidak ada alasan kita bermusuhan,” katanya.***