Kamis, 28 Maret 2024

Sejumlah kejanggalan POP Nadiem dibongkar, mulai materi hingga lolosnya Tanoto dan Sampoerna

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 
Dewan Pengawas Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti. (Foto: CNN Indonesia)

Jakarta (Riaunews.com) – Dewan Pengawas Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti mempersoalkan materi pelatihan berjudul Baby Method English dalam Program Organisasi Penggerak milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Hal tersebut ditemukan Retno berdasarkan surat pemberitahuan hasil evaluasi proposal POP dari Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud

Dilansir CNN Indonesia, menurut Retno materi yang diusung oleh Yayasan Nurhidayah tersebut tidak jelas, karena mengajarkan Bahasa Inggris untuk guru SMP, namun menggunakan metode untuk bayi.

Baca: Said Didu berharap Nadiem Makarim sadar akan kesalahan yang diperbuat

Retno menilai materi Baby Method English janggal karena pelatihan tersebut ditargetkan untuk guru jenjang SMP. Kemendikbud harus menjelaskan secara rinci kejanggalan tersebut.

“Salah satu contoh yang enggak jelas saya temukan ada program bahasa Inggris untuk bayi. Padahal ini keterampilan guru dan kepala sekolah. Ini kok bisa lolos?,” kata Retno melalui konferensi video, Jumat (24/7).

Yayasan Nurhidayah adalah salah satu ormas yang diikutsertakan dalam Program Organisasi Penggerak. Yayasan ini mendapat masuk kategori Gajah dengan dana yang diterima maksimal hingga Rp20 miliar.

Berkaca dari temuan itu Retno menduga seleksi peserta organisasi Penggerak dilakukan secara asal-asalan. Terlebih ketika sejumlah ormas seperti Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif PBNU dan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) PP Muhammadiyah mundur sebagai peserta.

Ketiga organisasi tersebut, katanya, bukan muka baru di dunia pendidikan. Ketiganya sudah berkontribusi banyak di dunia pendidikan Indonesia.

“Kalau menurut saya dengan banyak yang mundur begini, menurut saya sih batalkan saja. Jangan-jangan cuma buang-buang uang negara,” ujar Retno.

Baca: Komisi X bakal panggil Nadiem-Sampoerna buntut kisruh Organisasi Penggerak Kemendikbud

“Program ini niatnya baik, kami mengerti. Tapi kalau kesandung kayak kartu prakerja? Pasti juga banyak yang akan bersuara,” tambahnya lagi.

Organisasi Penggerak merupakan program pelatihan guru yang melibatkan ormas di bidang pendidikan. Bentuknya, ormas membuat pelatihan kemudian Kemendikbud memberikan dana.

Besaran dana yang diberikan bervariasi tergantung kategori, mulai dari kategori Kijang dengan dana hingga Rp1 miliar, Macan dengan dana hingga Rp5 miliar, dan Gajah dengan dana hingga Rp20 miliar.

Kisruh Organisasi Penggerak sendiri bermula dari kritik lolosnya dua ormas yang diduga lembaga tanggung jawab perusahaan atau CSR, yakni Tanoto Foundation dan Yayasan Putera Sampoerna.

Kemendikbud dinilai tidak pantas memberikan uang negara kepada lembaga CSR. Merespons hal ini Kemendikbud mengklaim Tanoto Foundation tidak memakai uang negara.

Sedangkan Yayasan Putera Sampoerna membiayai sebagian pelatihan, dan sebagian lainnya dari uang negara.

Namun menurut Retno hal ini kian janggal. “Kalau dana sendiri ngapain ngajuin proposal?,” katanya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *