Jakarta (Riaunews.com) – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD membantah adanya pandangan yang menyatakan Pemerintah saat ini selalu mendiskreditkan Islam.
“Siapa bilang Pemerintah mendiskreditkan orang Islam, Presiden orang Islam, pesantren disediakan dan dibuatkan undang-undangnya, mau naik haji dilayani,” kata dia, di Padang, dalam Dialog Kebangsaan di Universitas Andalas secara daring, Kamis (17/9/2020) dikutip dari Antara.
Baca: Kritik Menag bicara radikalisme, MUI: Ujung-ujungnya yang kena umat Islam
Menurutnya omong kosong kalau ada yang mengatakan saat ini di Indonesia terjadi Islamofobia.
Ia menjelaskan Islamofobia itu dulu terjadi di zaman Belanda, karena orang Islam itu ditakuti dan disingkirkan dari pergaulan hidup bernegara.
“Coba orang Islam di zaman Belanda jadi pejabat tidak boleh, sekolah tak boleh, tapi setelah Indonesia merdeka orang Islam sudah bisa jadi tentara,” lanjutnya.
Mahfud mengatakan setelah merdeka dibuat kebijakan orang Islam mengikuti pendidikan, sehingga sekarang sudah bisa jadi kapolri, hingga panglima TNI.
“Oleh sebab itu kalau ada aparat menangkap orang yang melakukan pengeboman, bukan Islamnya yang dipersoalkan tapi terorisnya dan itu siapa saja karena yang dilakukan melanggar ajaran agama dan hukum negara,” ujar dia.
Oleh sebab itu, ia mengajak umat Islam berperan bagi negara ini, maka ikuti prosedur kenegaraan yang ada dan menerima perbedaan.
Baca: Sistem Islam solusi kehidupan, apa yang harus ditakutkan?
“Jangan saling mendiskriminasi karena yang paling utama adalah prestasi sesuai dengan porsi dan keahlian masing-masing, untuk bersama-sama membangun negara ini agar lebih maju,” ujarnya pula.
Pemerintah, katanya, melindungi setiap pemeluk agama, dan silakan jalani ibadah masing-masing dan itulah negara kesatuan berdasarkan Pancasila.
Hanya saja, Menko Polhukam meminta semua komponen menggunakan jalur demokrasi dengan Pancasila sebagai ideologi.
“Ikuti aturan main demokrasi, apakah demokrasi itu baik. Tidak, demokrasi jelek, tapi lebih jelek lagi yang bukan demokrasi,” katanya pula.
Sebelumnya, sejumlah pihak menuding pemerintah bersikap diskriminatif terhadap umat Islam, mengkriminalisasi ulama, islamofobia, serta berpihak pada kepentingan asing.
Baca: Dosen UIN Syarif Hidayatullah ini sebut Populisme Islam ancam demokrasi Indonesia
Menurut Mahfud, tudingan itu lebih bersifat politis. “Kalau ada yang bilang, itu pihak yang kalah saja. Karena yang diserang mereka juga memperjuangkan Islam,” kata dia, Selasa (18/8).***
Eksplorasi konten lain dari Riaunews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.