Oleh: Nelly, M.Pd.
Memasuki tahun 2021 merupakan momen yang tepat bagi seluruh elemen masyarakat untuk merefleksi apa saja yang telah terjadi selama satu tahun ke belakang serta menyusun rencana di tahun baru ini agar lebih baik.
Bagi banyak pihak, baik perorangan maupun institusi, ataupun organisasi, refleksi tahun lalu untuk merenungi kembali perjalanan yang telah dilakukan, yang merupakan sebuah gambaran.
Tentunya semua menginginkan perubahan ke arah yang lebih baik di tahun baru ini.
Dalam perjalanan yang akan ditempuh di tahun baru ini pastinya menginginkan perubahan. Maka diperlukan gagasan-gagasan dan the power of idea untuk mewujudkannya. Kekuatan ide dan gagasan itu untuk menentukan langkah-langkah di tahun baru ini. Dalam konteks manajemen modern, refleksi dimaknai sebagai evaluasi yaitu pekerjaan setelah dilakukan perencanaan, artinya evaluasi dilakukan setiap akhir kegiatan, yang sifatnya berupa penilaian, perbaikan terhadap kegiatan yang telah dilakukan dan menganalisa kegiatan-kegiatan selanjutnya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Dapat dikatakan, refleksi merupakan perenungan diri terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan.
Pada konteks pribadi berarti, apakah kegiatan tersebut berhasil, atau gagal. Apa hambatannya? Apa tantangannya? Bagaimana cara mengatasi masalahnya? Apa saja sumber dayanya? Siapa yang melakukannya? Dengan siapa harus bekerjasama? Bagaimana pembagian kerjanya? kapan deadlinenya? Dan sebagainya.
Begitu pula dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, patut kiranya merenunginya kembali.
Di sepanjang tahun 2020 tahun lalu, banyak persoalan-persoalan bangsa yang terus mengemuka, mulai dari persoalan politik, ekonomi, pendidikan, korupsi yang menggurita, hukum yang tak berkeadilan.
Selain itu, permasalahan lain yang cukup pelik yaitu wabah corona yang tak kunjung menemui solusi, maraknya PHK yang menyebabkan angka pengangguran meningkat, kriminalitas, skandal korupsi oleh para Menteri, perdagangan anak, pornoaksi-pornografi, penggusuran, narkoba, konflik horizontal, pelecehan seksual, perceraian, hingga bencana alam. Ini semua menjadi persoalan bangsa yang harus ditangani secara serius, agar bangsa yang besar ini tidak semakin kehilangan jati diri, kehilangan arah dan tujuan bernegara.
Persoalan-persoalan tersebut harus dicari akar masalahnya, agar tak berulang melanda bangsa ini. Maka bagi segenap komponen bangsa dan para pemimpin negeri harus segera mencarikan solusinya. Pemimpin harus tampil di depan memberikan tauladan, bertindak amanah, jujur, adil, bertakwa dan bertanggungjawab terhadap nasib rakyat yang dipimpinnya.
Jika dalam sistem aturan bernegara yang saat ini diterapkan bangsa ini sudah tak mampu mengatasi permasalahan bangsa, maka perlu ada perbaikan sistem dan mencari alternatif sistem lain yang sesuai fitrah manusia.
Itulah sistem Ilahi yang pasti benarnya dan Insya Allah membawa keberkahan bagi bangsa.
Kalau masalah bangsa ini terus berlarut dan tidak segera diatasi, maka akan menjalar pada permasalahan lain yang semakin sulit dan kompleks. Semua elemen masyarakat tentu tak ingin bangsa ini semakin terpuruk dengan berbagai permasalahan yang tak kunjung selesai.
Semoga bangsa ini dapat mengambil ibroh dan segera berbenah. Berharap negara mampu mengatasi segala persoalan yang ada, dan meraih keinginan bersama sebagai bangsa yang damai, aman, nyaman, tenteram, sejahtera dan berkeadilan. Maka tak ada pilihan lain selain kembali pada sistem aturan hukum yang pernah dicontohkan baginda Rasulullah Saw. itulah Islam.
Sungguh perubahan hakiki hanya akan diraih jika sistem aturan manusia segera dicampakkan. Kemudian saatnya di tahun baru ini perubahan ke arah lebih baik dapat diwujudkan dengan penuh kegemilangan. Ya, perubahan yang akan menjaga negeri ini dari berbagai tekanan dan penjajahan asing-aseng atas nama investasi SDA negeri mereka jarah dan rampas.
Perubahan dengan Islam adalah sebuah keniscayaan. Sebab hanya dengannya negeri ini dapat berdaulat, makmur dan tanpa intervensi. Sistem Islam telah terbukti dan teruji. Sejarah mencatat pernah diterapkan selama 13 abad lebih lamanya dan menguasai 2/3 belahan dunia.
Kerukunan, kedamaian, kesejahteraan dan keadilan dimasa itu tercipta dan dirasakan oleh Muslim maupun Nonmuslim.
Tidakkah kita merindukannya kembali.
Wallahu alam bis showab***
Penulis merupakan Akademisi dan Pemerhati Sosial Masyarakat