Jumat, 29 Maret 2024

Mencari Mutiara

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 
(ilustrasi)

Oleh Helfizon Assyafei

“Kita seperti penyelam,” ujar seorang teman. Penyelam dengan satu misi. Mencari mutiara. Di punggung kita ada tabung oksigen yang akan berbunyi jika oksigen menipis agar kita segera kembali ke permukaan.

Dia menceritakan hikmah itu dengan wajah serius. Saya menyamakan frekuensi  juga dengan serius.

Lalu, lanjutnya, kitapun terjun ke dalam laut. Saat kedalaman tertentu kita melihat keindahan terumbu karang dan ribuan ikan yang bermain di sana.

Kita tak pernah melihat pemandangan seindah ini di atas air. Kita pun terpesona. Dan mulai memperhatikan. Lalu mengejar ikan-ikan itu. Mereka lari ke bangkai kapal tenggelam. Saat memasuki bangkai kapal itu kita melihat banyak piringan emas, teko, cangkir dari logam mulia. Kita semakin tertarik. Waktu pun terus berjalan.

Tiba-tiba; tuuuuut..! tabung oksigen kita berbunyi; mengirim pesan penting; segera ke permukaan atau kau mati. Kita berenang naik. Saat muncul ke permukaan kesadaran kita tersentak. Misi kita mencari mutiara gagal. Kita terlena melihat pesona  terumbu karang.

“Seperti itulah tamsil hidup kita hari ini,” ujarnya.

Tabung oksigen=umur. Laut=dunia. Mutiara=iman. Terumbu karang=permainan dan perhiasan.

Tanpa menemukan iman yang benar kita hidup seperti binatang. Hidup hanya untuk makan, minum, tidur, bermain dan berkembangbiak. Tak tahu benar-salah. Tak tahu halal-haram sikat semua.

Binatang tidak punya iman tapi punya nafsu. Tak tahu mana yang ibu, adik, kakak, saudara. Semua sama saja. Dikawini begitu saja.

Kita punya akal. Tapi akal saja tidak cukup membendung nafsu. Harus ada iman yang benar. Sebab akal tanpa iman lebih berbahaya dari binatang.

Mencari iman  yang benar itulah misi hidup kita sebenarnya. Tanpa iman yang benar derajat kita lebih rendah dari binatang ternak. Begitu kata Alquran.

Kembali pada-Nya tanpa membawa iman yang benar (mutiara) maka itulah penyesalan tiada berguna.

Kesempatan berada di dunia ini hanya sekali. Lihatlah sekeliling mu. Siapa yang bersama mu di 2020 dan kini tidak lagi di 2021? Mungkin sahabat, orang dekat, suami, istri, kakak, adik, anak, bapak, ibu, kakek, nenek atau tetangga misalnya.

Jadi jika kita masih diberi kesempatan ‘menyelam’ di 2021 bersungguh-sungguhlah mencari ‘mutiara’ itu. Kita tidak tahu seberapa lama tabung oksigen kita bertahan dalam misi ini. Jangan habiskan waktu kita untuk urusan ‘terumbu karang’.

Bukan untuk itu kita sekarang ada di sini.***

3 Januari 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *