Nganjuk (Riaunews.com) – Pada Ahad (9/5/2021) kemarin, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap Bupati Nganjuk.
Sang Bupati Nganjuk, Novi Rahman Hidayat, terjaring OTT oleh KPK lantaran diduga melelang jabatan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
Banyak orang yang terkejut terkait kabar OTT KPK terhadap Bupati Nganjuk ini. Hal ini karena Novi Rahman Hidayat dikenal sebagai sosok yang banyak menuai pujian.
Salah satu orang yang memuji kinerja Novi Rahman Hidayat adalah dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ketujuh, Dahlan Iskan.
Sebagaimana diberitakan Pikiran-Rakyat.com dalam artikel berjudul “Profil Novi Rahman Hidayat, Bupati Nganjuk yang Konon Tak Pernah Ambil Gaji”, berikut ini profil Novi Rahman Hidayat.
Novi Rahman Hidayat, yang saat ini menjabat sebagai Bupati Nganjuk, diketahui berusia 41 tahun. Ia lahir di Nganjuk, Jawa Timur, pada 2 April 1980.
Novi Rahman Hidayat merupakan politisi PKB yang menjabat sebagai Bupati Nganjuk periode 2018-2023, dan didampingi oleh Marhaen Djumadi sebagai wakilnya.
Sebelum terjun ke dunia politik, dia merupakan seorang pengusaha yang memiliki 36 perusahaan yang dirintis sejak masih kelas 3 SMA.
Sebagai pemilik 36 perusahaan, Novi Rahman Hidayat memiliki total karyawan 40.000 orang.
Novi Rahman Hidayat memiliki tambang nikel, batu bara, 120 bank perkreditan rakyat, dan masih banyak lagi.
Dia memilih terjun ke dunia politik dan menjadi Bupati Nganjuk, lantaran merasa ‘gemas’ karena kampung halamannya tersebut tidak mengalami kemajuan.
Oleh karena itu, dia memilih meninggalkan perusahaan dan menyerahkan manajemennya kepada para profesional.
Novi Rahman Hidayat bahkan memberikan para profesional tersebut saham, agar mereka lebih merasa memiliki perusahaan yang dikelola.
Dia juga menarik seluruh keluarganya dari perusahaan, agar manajemen profesional tidak terganggu oleh pengaruh keluarga.
Berdasarkan penuturan media informasi Nahdlatul Ulama pada tahun 2020 lalu, Novi Rahman Hidayat digambarkan sebagai sosok yang religius dan cerdas.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai Bupati Nganjuk, Hafiz Al-Qur’an tersebut selalu berpindah masjid untuk memberi khotbah Jumat, serta mewajibkan PNS muslim untuk membayar zakat.
“Selesai berkhotbah, sang Bupati turun langsung melihat rakyatnya. Kalau rumahnya tidak layak, langsung dibangun dengan dana dari Baitul Mal,” tutur media informasi NU melalui unggahan di akun Instagram @ala_nu.
Selain itu, media informasi NU mengungkapkan bahwa Novi Rahman Hidayat tidak pernah mengambil gajinya sebagai Bupati Nganjuk.
Hal itu juga ditegaskan oleh Dahlan Iskan dalam tulisan di blog pribadinya DI’s Way pada 29 Juni 2020.
“Gajinya sebagai Bupati ia serahkan ke lembaga kesejahteraan rakyat. Mobil-mobil dinas Bupati tidak ada yang ia pakai. Semua pegawai negeri harus membayar zakat, yang hasilnya dikelola tim untuk mengatasi kemiskinan,” katanya, dikutip dari Di’s Way, Senin, 10 Mei 2021.
Dahlan Iskan juga mengatakan bahwa Novi Rahman Hidayat selalu mencari tahu apakah masih ada rumah yang tidak layak huni di lingkungan masyarakat tempatnya berkhotbah, dan memugarnya dengan menggunakan dana zakat dari PNS.
“Kalau rumah-rumah itu sudah baru, Novi ke masjid itu lagi. Membawa tumpeng sebagai tanda peresmian satu rumah satu tumpeng. Foto tumpengan itu dibesarkan. Dipasang di rumah baru. Itu terjadi nyaris setiap Jumat. Selama dua tahun terakhir,” tuturnya.
Tidak sampai di situ, Dahlan Iskan mengatakan bahwa Novi Rahman Hidayat juga mengubah Hari Buruh di Nganjuk yang biasanya tegang menjadi lebih spiritual.
“Di malam sebelum Hari Buruh (1 Mei), Novi mengadakan sema’an besar-besaran. Semacam istighosah. Lokasinya di kampung pahlawan buruh: Marsinah,” ucapnya.
Acara sema’an tersebut dilaksanakan di dekat makam Marsinah, wanita yang terbunuh sebagai martir pada zaman Orde Baru, yang memang berada di Nganjuk.
“Keesokan harinya, tanggal 1 Mei, diadakan Haul Marsinah di seluruh Nganjuk. Acaranya: Khataman Alquran di masjid-masjid. Hari itu tidak ada demo atau pawai buruh di Kabupaten itu,” ujar Dahlan Iskan.
Sebagai pemilik perusahaan, dia mengatakan bahwa Novi Rahman Hidayat terbiasa membuat keputusan cepat yang sulit dikejar birokrasinya.
Pada akhir 2018, setelah beberapa bulan menjabat, Novi Rahman Hidayat mengganti 18 kepala dinas yang berlaku mulai malam tahun baru.
Keesokan harinya, Novi Rahman Hidayat kembali tancap gas, menjadikan birokrasinya seperti para manajer perusahaan.
Dia ingin segera membuka kawasan industri yang pertama di seluruh Karesidenan Kediri, dengan luas 600 hektare pada tahap pertama.
Tak ingin kehilangan momentum, Novi Rahman Hidayat juga membangun jalan tol Surabaya-Jakarta pada saat itu.
“Dalam waktu setahun, kawasan itu sudah jadi. Seperti afdruk kilat. Kini sudah lebih 60 perusahaan masuk kawasan industri itu,” ujar Dahlan Iskan.
Novi Rahman Hidayat juga membangun ‘lumbung RW’, dan setiap ketua RT menjadi pimpinan unit bisnis untuk warganya, khususnya petani.
“Di setiap RW selalu ditemukan rumah kosong yang ditinggal generasi anak-cucu ke kota. Rumah kosong itu dijadikan gudang, disewa,” ucap Dahlan Iskan.
Nantinya, petani satu kampung menyerahkan gabah ke ketua RW untuk disimpan di gudang tersebut, dan dikelola RW hingga menjadi besar, lalu menjualnya.
“Setelah laku, Pak RW membayar ke petani dengan harga 10 persen lebih tinggi dari harga pasar. Petani memperoleh harga yang lebih baik,” tutur Dahlan Iskan.***
Sumber: Pikiran Rakyat