
Jakarta (Riaunews.com) – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkap pemerintah akan memberikan tambahan belanja untuk kementerian atau lembaga (K/L) sektoral sebesar Rp30,1 triliun. Dana tersebut akan digelontorkan untuk tiga pos yakni pariwisata, perumahan dan permintaan agregat (aggregate demand).
Pos terbesar akan dialokasikan untuk permintaan agregat sebesar Rp25 triliun. Dana permintaan agregat akan digelontorkan untuk beberapa kebutuhan.
Salah satunya memberi kupon makanan yang akan dibagikan ke masyarakat kelas menengah secara online.
“Ke depan pemerintah akan memberikan perluasan insentif konsumsi untuk masyarakat menengah karena pasti sudah tidak sabar ingin jalan-jalan karena bosan di rumah. Ini disiapkan dalam stimulus pariwisata, restoran, dan transportasi,” ucapnya pada Rabu (13/5/2020), sebagaimana dikutip CNN Indonesia.
Sedangkan sektor pariwisata akan dialokasikan sana sebesar Rp3,8 triliun. Dana digunakan untuk diskon tiket pesawat serta insentif pajak hotel/restoran.
Sementara, untuk sektor perumahan akan digelontorkan anggaran Rp1,3 triliun. Dana akan digunakan untuk memberikan subsidi bunga dan bantuan uang muka pembelian rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) untuk keperluan cicilan rumah. Dana tersebut digelontorkan untuk merangsang daya beli dan konsumsi masyarakat.
“Harapannya mudah-mudahan (konsumsi) terlihat di kuartal III dan lebih banyak lagi di kuartal IV. Ini bisa dorong konsumsi sebab kuartal I sudah tertekan,” ucapnya.
Diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan konsumsi rumah tangga pada kuartal I 2020 hanya 2,84 persen. Angka ini terpaut jauh dari periode yang sama tahun lalu, yakni 5,02 persen.
Secara porsi, kontribusi konsumsi rumah tangga masih mendominasi, yakni sebanyak 58,14 persen. Porsi ini meningkat dibandingkan kuartal I 2019 lalu yang hanya 56,83 persen.
Lebih detail, BPS mencatat komponen yang mengalami kontraksi, yakni pakaian, alas kaki, hingga jasa perawatan hingga minus 3,29 persen. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, komponen ini bertumbuh 4,48 persen.
“Kalau kami lihat, memang konsumsi rumah tangga melambat cukup dalam. Karena porsi dari konsumsi rumah tangga terhadap perekonomian sangat besar, tentu akan sangat mengerek ke bawah (pertumbuhan ekonomi),” tutur Kepala BPS Suhariyanto, Selasa (5/5).***