
Jakarta (Riaunews.com) – Wacana evakuasi warga Gaza ke Indonesia seperti yang dilontarkan Presiden Prabowo Subianto, dinilai justru mengaburkan tujuan utama, yaitu kemerdekaan penuh bagi Palestina.
Meskipun niatnya baik secara kemanusiaan, namun rencana evakuasi massal warga sipil dari Jalur Gaza menuai kecaman dari berbagai pihak. Sebab, langkah tersebut bukan sekadar upaya perlindungan terhadap warga sipil, melainkan bisa menjadi strategi terselubung yang membuka jalan bagi pendudukan permanen oleh Israel dengan dukungan Amerika Serikat.
Terlebih pada Januari lalu, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, sempat melontarkan wacana kontroversial. Beberapa waktu sebelum dilantik, Trump disebut berencana akan merelokasi warga Palestina di Jalur Gaza ke sejumlah negara, salah satunya Indonesia.
Dikutip dari NBC News, wacana itu disampaikan oleh salah seorang anggota tim transisi pemerintahan Trump yang namanya tidak disebutkan. Anggota tim transisi Trump itu menyebut bahwa wacana relokasi warga Gaza merupakan bagian dari upaya untuk membangun kembali Gaza. Hal itu juga merupakan bagian dari rencana jangka panjang usai kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel berlaku sejak 19 Januari 2025 lalu.
Dilansir Tirto.id, anggota Komisi I DPR RI, TB Hasanuddin, mengingatkan pemerintah agar rencana evakuasi warga Gaza jangan sampai terkesan mendukung rencana Israel dan Amerika Serikat yang hendak menguasai tanah Palestina. Karena di sisi lain, Israel akan menghalangi warga Palestina yang telah dirawat di Indonesia untuk kembali ke tanah airnya. Hal itu dianggap bisa berujung pada pelemahan eksistensi warga Palestina di wilayahnya sendiri.
“Kalau mereka tidak bisa kembali, justru ini bisa sejalan dengan upaya penghapusan etnis (genosida) yang dilakukan Israel. Karena tujuan Israel adalah merebut wilayah dan mengusir warga Palestina,” kata TB Hasanuddin dalam keterangan pers kepada Tirto, Jumat (11/4/2025).
Dia mempertanyakan apakah rencana Presiden Prabowo tersebut merupakan kebijakan dari gagasan pribadinya karena kebutuhan mendesak dari warga Palestina, atau justru agenda terselubung pihak luar.
“Apa yang sebenarnya dibutuhkan Palestina? Apakah bantuan medis, logistik, atau evakuasi besar-besaran seperti yang pernah diusulkan Donald Trump? Kalau itu sejalan dengan ide Trump, patut kita waspadai. Karena pasti ada tujuan lain di baliknya,” tutur Mayor Jenderal (purn) TNI ini.
TB Hasanuddin meminta agar kebijakan tersebut ditunda atau bahkan tak perlu dilakukan apabila dalam proses perencanaan evakuasi warga Gaza tidak ditemukan cara untuk menjamin mereka bisa pulang ke tanah airnya. Karena mengevakuasi ribuan orang ke Indonesia harus dipikirkan dampak, efek, dan mekanisme pemulangannya.
“Kalau tidak bisa kembali, sebaiknya jangan dilakukan. Biarkan mereka merdeka di negerinya sendiri, dan kita harus mendukung sepenuhnya,” kata politikus PDIP tersebut.
Sementara itu, Dosen di Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Ignasius Loyola Adhi Bhaskara, justru berpendapat masih terlalu dini untuk bilang rencana Prabowo relokasi warga Gaza membuka potensi jalan pendudukan Israel dan Amerika di kawasan Gaza. Terlebih baru Indonesia yang secara terbuka mengatakan akan “menampung” korban Gaza.
“Meskipun, di sisi lain, secara simbolis ini cukup signifikan. Mengingat posisi Indonesia yang cukup unik sebagai salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia vokal terhadap isu Palestina dan serangan ke Gaza, serta juga memiliki hubungan baik dengan dunia Barat,” kata pria akrab disapa Aska kepada Tirto, Jumat (11/4/2025).
Menurutnya, situasi ini bisa dijadikan modal bagi AS dan negara-negara lain untuk mendorong komunitas internasional melakukan hal yang serupa. Kendati memang pada akhirnya secara tidak langsung bisa memuluskan rencana pendudukan Israel dan Amerika dalam jangka panjang.
“Meskipun juga perlu benar-benar dipertimbangkan sejauh mana kesiapan Indonesia untuk menampung 1.000 orang korban Gaza tersebut, termasuk dari segi pendanaan. Mengingat APBN kita juga sekarang sangat ketat,” pungkas dia.***