
Jakarta (Riaunews.com) – Beberapa waku belakangan publik ramai membicarakan tetang kemarahan Presiden Joko Widodo pada para pembantunya, karena dianggap lembat dalam bekerja.
Ternyata, hal itu tidak seperti yang dibayangkan dan dibicarakan masyarakat, yang bahkan sampai menghembuskan isu reshuffle kabinet.
Jokowi mengungkapkan bahwa tegurannya terhadap para menteri beberapa waktu lalu bukanlah amarah seperti yang tergambar di publik. Bagi dia, teguran itu agar anak buahnya termotivasi dalam bekerja.
Baca: Jokowi berencana bubarkan 18 lembaga negara
“Yaitu memotivasi para menteri agar bekerja lebih keras lagi. Bukan marah, memotivasi,” kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (13/7/2020).
Sekali lagi, Jokowi menegaskan, ia tidak marah. Menurut dia, selama pandemi COVID-19 ini bukanlah kondisi yang normal. Ia mengharapkan kerja lembaga atau kementerian pun tidak seperti biasa-biasa.
“Agar lebih keras lagi kerjanya,” kata dia.
Sebelumnya, dalam sebuah video yang tersebar, Presiden Jokowi mengkritik kinerja para menteri yang dinilai tak memiliki sense of crisis dan bekerja ala kadarnya. Ia pun bersiap mengambil risiko, termasuk risiko politik, jika keputusannya nanti sampai melakukan perombakan kabinet atau reshuffle.
Jokowi bersedia mempertaruhkan reputasi politiknya untuk menyelamatkan rakyat dan negara Indonesia. Bahkan bersedia membubarkan lembaga negara hingga melakukan reshuffle kabinet agar kinerja lebih baik lagi.
Baca: GP Anshor sarankan Jokowi ganti menag jika lakukan reshuffle
“Bisa saja, membubarkan lembaga. Bisa saja reshuffle. Sudah kepikiran kemana-mana saya. Entah buat perppu yang lebih penting lagi. Kalau memang diperlukan,” kata Jokowi, beberapa waktu lalu.***