Jakarta (Riaunews.com) – Pengusaha Hashim Djojohadikusumo akan membangun bendungan di Kalimantan Timur, tak jauh dari lokasi Ibu Kota Negara (IKN). Jika pembangunan bendungan oleh perusahaannya, Arsari Group itu rampung, maka akan jadi pemasok air bersih ke IKN.
Meski demikian adik Menteri Pertahanan Prabowo Subianto itu membantah, pembangunan bendungan itu sebagai bagi-bagi jatah dari proyek pemindahan ibu kota negara. Dia menegaskan, rencana pembangunan bendungan sudah dirancang jauh sebelum ibu kota baru ditetapkan pindah ke Kalimantan Timur.
“Semua ini (dirancang saat) belum ada ibu kota baru, tapi ada satu hal yang menarik, ibu kota baru lebih dekat dengan waduk kami. Hanya 25 kilometer dari ibu kota baru, dari Istana Negara, itu waduk kami rencanakan tahun 2016,” ujar Hashim dalam konferensi pers, Selasa (8/2/2022).
“Nanti proyek air bersih kita ada suplai air ke Balikpapan, Samarinda, Kota Bangun, Tenggarong, dan juga ibu kota negara yang baru,” kata dia menambahkan.
Hashim mengatakan, pembicaraan bahwa perusahaannya diminta juga memasok air bersih buat IKN Nusantara baru muncul belakangan.
Menurut Hashim, ia diminta Bappenas untuk juga memasok air bersih lantaran waduk yang bakal dibangun hanya berjarak 25 kilometer dari lokasi Istana Negara nantinya.
Butuh Investasi Rp 4,7 Triliun
Dilansir Kumparan.com, Chief Executive Officer Arsari Group itu mengatakan, perusahaan sudah menunjuk konsultan dari Belanda, Witteveen Bos sejak tahun 2016. Ini untuk menghitung seberapa besar potensi pasokan air buat kegiatan usahanya di sana.
“Berdasarkan studi kelayakan Witteveen Bos, ternyata di wilayah kami topografinya sangat mendukung untuk dibangun bendungan yang bisa menghasilkan air melimpah. Karena itu kami akhirnya berencana untuk juga memasok air bersih di wilayah Kalimantan Timur agar kami bisa punya peran membantu memasok air bersih yang saat ini masih terbatas,” ujar Hashim dalam konferensi pers pada Selasa (8/2).
Berdasarkan hitung-hitungan konsultannya, kata Hashim, suplai air bersih untuk Balikpapan dan industri sekitarnya, itu membutuhkan setidaknya USD 300 juta hingga USD 330 juta atau setara Rp 4,7 triliun (kurs dolar 14.389).
“Kita perkirakan untuk Samarinda dan sekitarnya, Kota Bangun dan Tenggarong ada juga beberapa ratus juta dolar. komponen utama pipa air, itu sangat mahal, dan semakin jauh dari tempat asalnya semakin mahal proyeknya,” ujarnya.
Kendati demikian, menurutnya pendanaan untuk penyediaan air bersih itu tidak akan mencapai USD 1 miliar. Rencananya, pendanaan tersebut bakal dicari dari berbagai sumber investasi.
Politikus Partai Gerindra itu menjelaskan, saat ini sudah ada 5 kontraktor asing yang sudah menawarkan. Selain itu, Hashim juga sudah berbicara dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mengkaji skema pendanaan proyek air bersih hingga rehabilitasi hutan rusak.
“Saya sampaikan proyek yang saya tangani semua swasta. Tidak ada dana APBN,” pungkas Hashim Djojohadikusumo.***