Jakarta (Riaunews.com) – Peneliti Indef, Esther Astuti mengatakan, dana program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021 lebih banyak dialokasikan untuk sektor produksi (supply side) dibandingkan dengan permintaan (demand side). Padahal masalah yang dihadapi tahun ini masih pada permintaan yang menurun.
Dia menilai masalah permintaan masih akan terjadi pada tahun 2021. Sebab masih belum ada tanda-tanda pemulihan ekonomi yang terjadi saat ini.
Baca: PDIP dulu tentang habis-habisan BLT SBY, kini meniru tanpa malu
“Demand side masih akan menjadi isu karena diperkirakan belum akan terjadi perbaikan ekonomi secara signifikan,” kata Esther dalam diskusi virtual dengan Forum Diskusi Salemba bertema ‘APBN Sebagai Sarana Pemulihan Ekonomi Nasional’, Jakarta, Sabtu (29/8/2020).
Kebijakan pemerintah dalam stimulus fiskal dari sisi demand pada tahun 2020 sebesar Rp 205,2 triliun. Dana tersebut diserap untuk 8 program pemerintah di sektor rumah tangga. Diantaranya, program keluarga harapan (PKH), kartu sembako/logistik/pangan, diskon listrik, bansos tunai di Jabodetabek dan non-Jabodetabek, BLT Dana Desa, Kartu Prakerja dan insentif perumahan bagi MBR.
“Kebijakan pemerintah yang sudah dilakukan bukan demain side tapi supply side,” kata dia.
Namun angka jumlah yang diberikan juga tidak mencukupi kebutuhan masyarakat. Sebab angkanya masih terlalu kecil yakni sekitar Rp 600 ribu. Sementara yang dilakukan negara lain lebih besar, misalnya di Amerika Serikat bantuan yang diterima warganya sebesar USD 1.100. Pun dengan yang dilakukan pemerintah Belanda memberikan bantuan hingga 1.200 euro.
Baca: BLT bagi pekerja bergaji Rp5 juta batal cair hari ini
“Memang negara punya keterbatasan, tapi kalau Rp 600 ribu ini tidak cukup, bisa dapat apa sementara negara lain di Belanda, mereka dapat 1.200 euro, jumlahnya enggak banyak tapi tidak kekurangan juga,” kata dia.
Dia menyadari pemerintah Indonesia memiliki keterbatasan dalam memberikan bantuan kepada masyarakat. Hanya dia meminta pemerintah untuk mengkaji kembali bantuan yang diberikan kepada masyarakat yang bertujuan untuk membangkitkan permintaan konsumsi.
“Masyarakat harus diperkuat daya belinya agar bisa memulihkan konsumsi,” pungkasnya.***
Sumber : Merdeka
Editor : ILVA