Selasa, 17 September 2024

Protes Mahalnya Kedelai, Perajin Tahu-Tempe se-Jawa Mogok Produksi 3 Hari

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 
pabrik tahu tempe
Produsen tahu-tempe yang mayoritas UMKM menjerit dengan naiknya harga kedelai.

Jakarta (Riaunews.com) – Perajin tahu dan tempe di pulau Jawa kompak akan mogok produksi yang rencananya dilakukan selama 3 hari dari 21-23 Februari 2022 mendatang.

Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syaifuddin mengatakan, sebelumnya perajin tahu tempe yang akan melakukan aksi hanya perajin Jabodetabek dan Jawa Barat saja.

Namun ternyata perajin dari daerah lainnya seperti Bandung, Bogor, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur ikut menyampaikan keinginan yang sama.

“Sehingga bisa dibilang (perajin tahu tempe) seluruh Jawa akan mogok produksi,” ujar Aip dalam diskusi media virtual, Kamis (17/2/2022).

Aksi mogok protes mahalnya harga kedelai
Aip menuturkan, aksi yang dilakukan ini bukan semacam aksi demo yang rusuh sampai turun ke jalanan melainkan hanya berhenti produksi dan tidak berjualan sementara.

Menurutnya aksi mogok ini merupakan upaya terakhir dari para perajin akan mahalnya harga kedelai.

“Sistem mogok kami ini bukan demo. Tapi kami hanya berhenti produksi selama tiga hari terus tidak jualan di pasaran. Sehingga tidak ada cerita turun ke jalan atau bentrok-bentrokan,” kata Aib.

Aksi mogok perajin sudah direncanakan sejak Desember 2021
Aib mengaku ternyata aksi mogok ini sudah direncanakan sejak Desember 2021 lalu.

Namun, Gakoptindo berusaha melarang supaya produksi tetap berjalan dan para perajin pun menuruti apa yang disarankan oleh Gakoptindo.

“Kami sebagai Gakoptindo tadinya sudah ekspos ke temen-temen yang usul sejak bulan Desember, sudah kami tahan-tahan supaya nggak mogok. Karena kenaikan harga ini wajar. Pemerintah maupun importir menaikan harganya juga sudah sesuai aturan yang ada,” jelas dia.

Namun, lanjut dia, karena harga kedelai terus merangkak naik hingga Rp 11.000 per kilogram, para perajin sudah tidak tahan.

Hingga akhirnya mereka tetap ingin melakukan aksi mogok produksi.

“Tapi kenaikannya malah terus-terusan dari Rp 9.000 hingga Rp11.000, sehingga banyak anggota kami yang kolaps tidak jualan,” pungkasnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *