Kamis, 28 November 2024

Cemas Kekurangan Pangan, Warga Sri Lanka: Kami Bakal Mati

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 
Demo warga Sri Lanka yang dalam beberapa bulan mengalami krisis pangan. (Foto: reuters)

Colombo (Riaunews.com) – Sejumlah warga Sri Lanka mengkhawatirkan hidupnya di tengah krisis yang terjadi. Dia marah kepada pemerintah lantaran kondisi tak kunjung membaik.

“Tanpa gas, tanpa minyak tanah, kami tidak bisa melakukan apa-apa,” kata pekerja paruh waktu di Sri Lanka, Mohammad Shazly mengutip Reuters.

“Opsi terakhir yang terjadi? Tanpa makanan kami akan mati,” lanjutnya.

Saat diwawancara, Shazly terlihat sedang mengantre untuk membeli tabung gas untuk memasak. Ia telah mengantre selama tiga hari demi mendapatkan produk tersebut.

Warga lain, A.P.D. Sumanavathi, turut menyampaikan kekhawatirannya atas kondisi Sri Lanka sejauh ini.

“Tidak ada gunanya membicarakan bagaimana sulitnya kehidupan. Saya tak bisa memprediksi bagaimana kondisi dalam dua bulan ke depan, jika terus begini, kami tak mungkin berada di sini,” ujar Sumanavathi.

Krisis ekonomi melanda Sri Lanka dalam beberapa bulan terakhir. Inflasi di negara itu mencapai 29,8 persen dan membuat harga pangan naik hingga 46,4 persen dalam perbandingan tahunan.

Krisis ini memicu demo massa dan bentrok. Kepolisian bahkan sempat menggunakan gas air mata dan meriam air untuk mengatasi kerusuhan tersebut.

Selain krisis ekonomi, penerapan kebijakan pertanian yang salah disebut juga mempengaruhi kelangkaan pangan di Sri Lanka.

Pada April tahun lalu, Presiden Gotabaya Rajapaksa melarang seluruh penggunaan pupuk kimia secara drastis.

Melihat krisis pangan semakin parah, pemerintah Sri Lanka berjanji bakal membeli pupuk kimia yang cukup untuk musim tanam berikutnya.

Pemerintah juga telah menarik kebijakan Rajapaksa pada April tahun lalu, tetapi masih belum ada impor substansial yang dilakukan.

“Walaupun bukan waktu yang tepat dalam memasok pupuk kimia untuk musim Yala [Mei-Agustus], langkah-langkah masih dilakukan untuk memastikan stok [pupuk tersebut] cukup untuk musim Maha [September-Maret],” kata Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, dalam Twitter, Kamis (19/5).

“Saya berharap semua orang menerima keseriusan situasi ini,” lanjutnya.***


Eksplorasi konten lain dari Riaunews

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

 

Tinggalkan Balasan