Minggu, 10 Desember 2023

Genosida Di Gaza, Umat Butuh Junnah

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 

Oleh : Alfiah, S.Si

Perang Israel dan Palestina belum ada tanda-tanda usai. Bahkan ekskalasi perang justru semakin meluas. Serangan Israel nyatanya telah melebar dari sasaran utamanya yakni kelompok pejuang Hamas di Gaza. Sepekan terakhir Israel yang didukung AS dan Barat ternyata juga menyasar Tepi Barat, Lebanon hingga ke Suriah, dengan alasan mencegah pasukan Hizbullah ikut campur di perang melawan Hamas.

Padahal Kementerian Kesehatan Palestina telah merilis 7.028 nama korban tewas akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza. Termasuk lebih dari 2.700 anak-anak. Sebanyak 25 orang jurnalis juga dilaporkan tewas selama meliput perang Israel. (Republika.co.id, 27/10/2023). Belum lagi nyawa 120 bayi baru lahir yang berada di inkubator rumah sakit di Gaza terancam imbas dari Israel memblokade pasokan listrik (cnbcindonesia com, 23/10/2023).

Dalam 24 jam terakhir saja ada 756 warga Palestina syuhada, 344 diantaranya adalah anak-anak, yang terbunuh akibat serangan Israel, menurut Kementerian Kesehatan. Sementara pihak otoritas Israel mencatat 1.400 warganya yang meninggal, kebanyakan akibat serangan Hamas pada 7 Oktober lalu. Lebih dari 600.000 warga Palestina saat ini mengungsi di 150 tempat penampungan yang berada di Gaza di bawah komando lembaga UNRWA dari PBB. (detik.com, 26/10/2023)

Apa yang terjadi di Gaza saat ini bukan lagi perang, melainkan genosida. Pembunuhan dan melukai anak-anak, penculikan anak-anak, penyerangan terhadap rumah sakit dan sekolah, serta penolakan akses kemanusiaan merupakan pelanggaran HAM berat. Apalagi periode lebih dari 2 minggu serangan kali ini merupakan peningkatan permusuhan paling mematikan di Jalur Gaza dan Israel yang pernah disaksikan PBB sejak 2006. Kekerasan meningkat setelah serangan tidak terduga Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober.

Hampir setiap anak atau sekitar 50 persen dari populasi di Gaza telah terkena peristiwa dan trauma yang sangat menyedihkan. Menurut UNICEF, anak-anak melihat kehancuran yang meluas, serangan tanpa henti, pengungsian, dan kekurangan kebutuhan pokok seperti makanan, air, dan obat-obatan. Jumlah korban jiwa jelas akan meningkat secara eksponensial jika inkubator mulai tidak berfungsi, jika rumah sakit menjadi gelap, jika anak-anak terus meminum air yang tidak aman dan tidak memiliki akses terhadap obat-obatan ketika mereka sakit.

Selain itu, seluruh penduduk Jalur Gaza yang berjumlah hampir 2,3 juta orang menghadapi kekurangan air yang parah dan mendesak. Saat ini, kapasitas produksi air hanya lima persen dari produksi harian biasanya (republika.co.id, 25/10/2023)

Tak ada yang bisa kita harapkan dari PBB karena PBB yang membidani lahirnya negara Israel pada 14 Mei 1948. Kita juga tak bisa berharap pada Mahkamah Pidana Internasional untuk memberi sanksi terhadap Israel yang telah membuat penderitaan terhadap rakyat Gaza.

Nyatanya Mahkamah Pidana Internasional (ICC) memilih bungkam atas serangan sistematis Israel terhadap penduduk sipil di Jalur Gaza. Bungkamnya Mahkamah Pidana Internasional tentu dapat dikategorikan sebagai kejahatan kemanusiaan.

Para pemimpin negara-negara Arab dan pemimpin negeri muslim nyatanya hanya bisa mengecam dan marah terhadap kebiadaban serangan Israel ke Palestina. Tak ada satu negarapun yang mengirimkan tentaranya. Padahal di Gaza sedang mengalami genosida. Bukan satu nyawa yang telah hilang tapi ribuan nyawa tak berdosa.

Padahal sungguh hilangnya 1 nyawa tak berdosa di sisi Allah SWT lebih berat dibandingkan hancurnya dunia .Dari al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ مُؤْمِنٍ بِغَيْرِ حَقّ

“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak”(HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al- Al Bani)

Negara harusnya dihadapi dengan negara, tentara harusnya dihadapi dengan tentara. Namun yang terjadi di Gaza pejuang Hamas tanpa dukungan seluruh tentara Palestina yang di Tepi Barat. Menghadapi tentara Israel yang didukung oleh Amerika Serikat. Hamas seolah berjuang sendiri tanpa ada satu negeri muslim pun yang membantu dengan mengirimkan tentaranya.

Serangan militer Israel justru dibalas hanya dengan bantuan kemanusiaan dan seruan gencatan senjata. Sungguh ini pertarungan yang sangat tidak seimbang. Israel nyatanya tetap menolak gencatan senjata, meski mayoritas anggota PBB (120 negara) mendukung gencatan senjata.

Jelaslah seruan apapun tak mampu menghentikan kebiadaban dan genosida yang dilakukan Israel. Sudah saatnya seluruh kaum muslimin bersatu. Tidak lagi tersekat-sekat oleh ikatan nasionalisme. Palestina adalah bumi para Nabi, tempat Isra’ dan tanah kharajiyyah yang sampai hari kiamat adalah milik kaum muslimin. Israel haram tinggal di Palestina semenjak belakunya Perjanjian Umariyah pada masa Umar bin Al Khathab.

Sungguh kezaliman dan genosida yang dilakukan Israel saat ini tidak lain karena ketiadaan Junnah (perisai) umat Islam. Khalifah-lah perisai umat Islam yang akan membebaskan Palestina dari penjajah Israel. Dengan adanya Khalifah umat Islam berperang dan berlindung di belakangnya. Imam Muslim menuturkan riwayat dari al-A’raj, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw., bahwa Nabi Saw. pernah bersabda :

إنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ، فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدَلَ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ، وَإِنْ يَأْمُرْ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ

“Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu (laksana) perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya. Jika seorang imam (Khalifah) memerintahkan supaya takwa kepada Allah ’Azza wa Jalla dan berlaku adil, maka dia (khalifah) mendapatkan pahala karenanya, dan jika dia memerintahkan selain itu, maka ia akan mendapatkan siksa.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *