
Jenewa (Riaunews.com) – Perusahaan di Jenewa, Swiss, kena tipu saat membeli tembaga seharga USD36 juta (Rp518 miliar) dari penyuplai di Turki, musim panas lalu. Bukannya tembaga, mereka malah dikirimkan batu yang dicat.
Dilansir Okezone.com, Kamis (11/3/2021), Mercuria Energy Group mengatakan mereka telah menjadi korban penipuan kargo menyusul pembelian lepuh tembaga sebanyak 10.000 ton.
Ketika kargo tiba di China, alih-alih memperoleh tembaga yang dipesan, mereka malah mendapati kontainernya berisi batu yang dicat.
Peristiwa aneh ini terjadi meskipun ada pengawasan keamanan dan inspeksi.
Tahun lalu, Mercuria sepakat untuk membeli lepuh tembaga, bentuk tembaga yang belum dimurnikan, untuk dikirim ke China. Sekitar 6.000 ton dikirimkan dalam lebih dari 300 kontainer di delapan kapal.
Namun sebelum berangkat dari pelabuhan di dekat Istanbul, tembaga itu diganti dengan batu hampar yang telah dicat supaya mirip dengan tembaga.
(Baca juga: Kisah Bocah 12 tahun yang Diculik, Dirantai, dan Dipaksa Menikah dengan Penculiknya)
Mercuria, satu dari lima perusahaan pedagang minyak terbesar di dunia, menuntut ganti rugi pada penyuplai tembaga Bietsan Bakir melalui pengadilan di Turki dan Inggris.
Kepolisian Turki telah menangkap sejumlah orang terkait kasus penipuan ini.
“Orang-orang yang diduga terlibat dalam berbagai bagian kejahatan terorganisir terhadap Mercuria ini telah ditahan,” kata perusahaan dalam sebuah pernyataan pers. Perusahaan mengucapkan terima kasih kepada Departemen Kejahatan Keuangan Istanbul.
Tampaknya tembaga betulan awalnya diangkut ke kontainer-kontainer untuk pengiriman pertama, sebelum disurvei oleh perusahaan inspeksi. Segel yang digunakan untuk mencegah penipuan ditempelkan di kontainer.
Namun firma hukum KYB di Istanbul mengatakan kepada media jika kontainer-kontainer tersebut kemudian dibuka kembali dan tembaganya diganti dengan batu hampar.
Para penipu mengganti segel kontainer yang asli dengan yang palsu supaya tidak ketahuan.
Setelah kapal-kapal yang membawa kontainer berlayar, Mercuria membayar USD36 juta (Rp518 miliar) dengan lima kali cicilan.
Penipuan itu tidak ketahuan sampai kapal tiba di pelabuhan Lianyungang, China pada akhir bulan.
“Ada permintaan investigasi kriminal oleh pihak pembeli terhadap pihak penjual dan dua perantara,” kata kepolisian Turki dalam pernyataan pers.
“Sudah dipastikan bahwa insiden ini merupakan hasil penipuan yang dilakukan secara terorganisir,” lanjutnya.***