Kamis, 28 November 2024

Boni Hargens ngaku kantongi nama tokoh oposisi yang ingin mengkudeta Jokowi

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 
Boni Hargens.

Jakarta (Riaunews.com) – Direktur Eksekutif Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens yang juga salah seorang pendukung Jokowi pada helatan Pilpres 2019 lalu, mengaku sudah mengantongi nama para tokoh oposisi, yang ingin merancang kudeta terhadap pemerintahan yang sah di tengah pandemi Covid-19.

Kelompok ini, katanya, ingin memakai sejumlah isu sebagai materi provokasi dan propaganda politik.



Baca: Jubir Jokowi dicopot dari Komisaris Utama Adhi Karya

Di antaranya, isu komunisme dan isu rasisme Papua menyusul gejolak akibat kematian warga kulit hitam George Floyd di Minneapolis, Amerika Serikat.

“Isu lain yang mereka gunakan adalah potensi krisis ekonomi sebagai dampak inevitable dari pandemic Covid-19.”

“Kelompok ini juga membongkar kembali diskursus soal Pancasila sebagai ideologi negara,” kata Boni Hargens kepada wartawan, Kamis (4/6/2020).

Apa pun isu yang mereka gunakan, kata Boni Hargens, itu hanyalah instrumen untuk melancarkan serangan-serangan politik dalam rangka mendelegitimasi pemerintahan yang sah.



Boni Hargens menilai, kelompok ini tak bisa disebut sebagai ‘barisan sakit hati’ semata, karena ini bukan lagi dendam politik semata.

Mereka, lanjutnya, adalah ‘laskar pengacau negara’ dan ‘pemburu rente’.

Baca: Said Aqil nilai Pemerintahan Jokowi gugup dan gagap hadapi Covid-19

“Mereka adalah gabungan (a) kelompok politik yang ingin memenangkan pemilihan presiden 2024.”

“(b) kelompok bisnis hitam yang menderita kerugian karena kebijakan yang benar selama pemerintahan Jokowi.”

“(c) ormas keagamaan terlarang seperti HTI yang jelas-jelas ingin mendirikan negara syariah.”



“Dan (d) barisan oportunis yang haus kekuasaan dan uang,” jelasnya.

Untuk itu, Boni Hargens lebih suka menyebut mereka sebagai laskar pengacau negara ketimbang barisan sakit hati.

Mereka, tuturnya, pengacau karena ingin merusak tatanan demokrasi dengan berusaha menjatuhkan pemerintahan sah hasil pemilu demokratis.

Baca: Pengadilan vonis Jokowi bersalah karena putuskan internet di Papua

Mereka juga pengacau karena ingin mempertanyakan Kembali Pancasila sebagai ideologi negara.

Ada intensi untuk menuduh Pancasila sebagai bukan ideologi.

Mereka juga ‘pemburu rente’ karena memiliki orientasi mencari keuntungan finansial.

“Ada bandar di balik gerakan mereka, mulai dari bandar menengah sampai bandar papan atas.”

“Bandar menengah misalnya oknum pengusaha pom bensin dan perkebunan asal Bengkulu, dan bandar papan atas yang tak perlu saya sebutkan di sini,” beber Boni Hargens.

Ia pun menyayangkan salah satu tokoh agama yang ia duga ikut terlibat di dalamnya.

“Beliau kan panutan umat, tokoh yang didengar banyak orang.”

“Tak bijak jika ikut berkecimpung memperkeruh kolam yang bersih.”



“Negara ini butuh negarawan dari segala lapisan, supaya bisa menjadi bangsa besar.”

Baca: Jokowi PHP Habibie, Pengamat: Rakyat takkan percaya pada pemimpin yang suka ingkar janji

“Tokoh agama dan intelektual adalah panutan masyarakat.”

“Maka, harus ada keteladanan moral dalam bertindak dan berbicara di ruang publik”, kata mantan inisiator relawan Jokowi tersebut.

Boni Hargens juga menyebut sosok lainnya, yang menjadi begitu galak setelah tidak menjadi komisaris salah satu BUMN.

“Kan jadinya ada kesan tidak baik, seolah-olah ada vested interest di balik kritisisme beliau terhadap pemerintah.”

“Banyak cara kok untuk memberi masukan pada pemerintah, tanpa harus membuat gelombang keresahan yang merugikan masa depan bangsa dan negara,” tutur Boni Hargens.***


Eksplorasi konten lain dari Riaunews

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

 

Tinggalkan Balasan