
Jakarta (Riaunews.com) – Anggota Komisi X DPR dari Fraksi PKS, Ledia Hanifa Amaliah meminta pemerintah memperhatikan masalah limbah dari rumah sakit (RS) darurat penanganan pasien virus corona (Covid-19) di Wisma Atlet Kemayoran. Ledia menyebut potensi pencemaran terhadap lingkungan sekitar Wisma Atlet cukup tinggi.
“Penanganan limbah rumah sakit ini jelas memerlukan koordinasi dan kerjasama lintas kementerian dan lembaga terkait, karena potensi penularan maupun pencemaran pada orang dan lingkungan sekitar tempat alih fungsi rumah sakit ini cukup tinggi,” katanya dalam keterangan tertulis, Senin (23/3/2020).
Dilansir CNN Indonesia pada Selasa (24/3), Ledia juga mengingatkan pemerintah soal standarisasi ruang perawatan yang dibangun di Wisma Atlet. Menurutnya, ruang isolasi dan ruang rawat untuk pasien Covid-19 membutuhkan spesifikasi dengan standar khusus agar tak menjadi media penularan.
Selain masalah ruang perawatan, Ledia meminta pemerintah juga memperhatikan masalah alat kesehatan dan tenaga medis. Menurutnya, saat ini stok obat-obatan dan alat medis lainnya, seperti alat perlindungan diri (APD) untuk melindungi para tenaga medis cukup terbatas.
“Sebab saat ini yang banyak terjadi, masyarakat ikut berbondong-bondong menjadi pemakai barang yang lebih dibutuhkan oleh tenaga kesehatan,” ujarnya.
Wisma Atlet Kemayoran mulai beroperasi menjadi RS darurat Covid-19, Senin (23/3). Sejumlah tower atau bangunan wisma dibagi menjadi tiga zona untuk menangani pasien virus corona yakni zona hijau, kuning, dan merah.
Dari 10 unit bangunan di Wisma Atlet, empat tower yang dipakai sebagai RS darurat, yaitu tower 1 sebagai zona hijau, tower 3 zona kuning, dan tower 6-7 sebagai zona merah. Pasien Covid-19 akan dirawat di tower 6-7.
Namun, setelah resmi dibuka untuk RS darurat penanganan pasien Covid-19, sejumlah pasien dalam pengawasan (PDP) mengantre berjam-jam tanpa kejelasan di depan Wisma Atlet Kemayoran, semalam.
Sampai kemarin, jumlah pasien positif virus corona di Indonesia secara kumulatif menjadi 579 orang. Dari jumlah itu, 49 orang meninggal dunia dan 30 pasien dinyatakan sembuh setelah dua kali dilakukan tes.***