
Jakarta (Riaunews.com) – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) angkat suara terkait ketidakhadiran Firli Bahuri dalam debat melawan Direktur Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi Giri Suprapdiono, Jumat (4/5/2021).
Pelaksana tugas (Plt) Juru Bicara KPK, Ali Fikri mengaku pihaknya memang telah menerima undangan debat tersebut. Namun, ia juga telah mengonfirmasi bahwa Firli tak bisa hadir memenuhi undangan. Alasannya, kata Ali, KPK ingin mengakhiri polemik soal tes wawasan kebangsaan (TWK) di ruang publik.
[box type=”shadow” align=”” class=”” width=””]
Baca Juga:
- TWK Sukses ‘Usir’ 3 Kasatgas yang Bongkar Makelar Perkara di KPK
- 1.271 Pegawai KPK Lulus TWK Dilantik Jadi ASN
- 9 Indikator ‘Merah’ 51 Pegawai KPK Tak Lolos TWK, Ada Taliban-nya
[/box]
“Ketua KPK tidak bisa memenuhi undangan tersebut karena ingin mengakhiri polemik di ruang publik terkait dengan alih status pegawai KPK menjadi ASN,” kata Ali dalam keterangannya.
Sesuai undangan debat digelar di pelataran Gedung Merah Putih KPK yang notabene merupakan area publik. Selain itu, ia menyayangkan acara debat yang kemudian digelar di press room KPK tanpa izin.
“KPK menyayangkan acara debat tersebut yang kemudian dilakukan di ruang pers KPK tanpa pemberitahuan terlebih dahulu,” katanya.
Ia berharap dukungan publik untuk mengakhiri polemik asesmen maupun soal TWK, demi kelancaran kerja-kerja pemberantasan korupsi oleh KPK.
Firli diketahui tak hadir dalam debat yang dipandu peneliti Indonesian Corruption Watch (ICW), Kurnia Ramadhana dan Najwa Shihab secara daring.
Giri dan Firli semula akan berdebat soal wawasan kebangsaan yang membuat 75 pegawai gagal jadi ASN karena gagal dalam tes wawasan kebangsaan.
Ditemui usai acara, Giri mengaku tak pernah menantang Firli untuk berdebat. Ia hanya menyanggupi tantangan warganet yang menawarkan untuk berdebat dengan Firli.
Alasan ia menyanggupi tawaran itu karena kecewa sebab TWK, sebagai proses alih status pegawai lembaga antirasuah menjadi ASN tertutup sejak awal.
“Tes wawasan kebangsaan ini tertutup sekali. Kita enggak pernah tahu siapa 75. Tidak pernah tahu 51. Tidak pernah tahu soal proses, metodologi, bahkan orang yang mewawancarai kita pun tidak mengetahui juga,” katanya.***
Sumber: CNN Indonesia