Makassar (Riaunews.com) – Asrama Haji Sudiang di Kota Makassar dipakai para pendeta Kristen untuk menggelar acara Konvensi Nasional III Pendeta Gereja Toraja. Hal ini langsung berpolemik.
Status Facebook ustaz kondang asal Makassar, Harman Tajang pun ramai dibahas dan dibagikan netizen. Di sana, ia menyesalkan kejadian ini dan menyinggung masalah toleransi.
“Asrama haji, ikon kaum muslimin, tempat transit tamu2 Allah sebelum berangkat ke tanah suci Mekah, di asrama haji mereka mempersiapkan diri, mengisi waktu2 dengan zikir, istighfar dan taubat, sampai miniatur Ka’bah dibuat untuk latihan dan manasik, nama2 ruangannya seperti nama2 tempat suci di Mekah, ada gedung Safa, Marwah, Mina, Zam-Zam dll.”
“Kemudian kita dikejutkan dengan diisi kegiatan para pendeta, bukan kaum nasrani biasa, tapi para pendetanya yang menyeru pada kekufuran, diisi dengan nyanyian2, wanita2 yang menyingkap aurat, campur baur dan ikhtilath, syukur2 kalau tidak disajikan khamar dan babi.”
“Duhai, bukan saya tidak toleransi, tapi saya cuma sedih dan sangat sedih. Saya tidak memaksa anda setuju dengan saya, tapi saya juga berhak sebagai muslim untuk menyatakan sikap dan perasaan saya di negeri yang katanya demokrasi ini. Hanya kepada Allah saya mengadu karena saya tidak memiliki daya.”
“Apakah ini akan terus berlanjut dengan diizinkannya pula ummat hindu, budha, konhucu dan kemudian dibuka juga untuk kegitan LG8T kedepan dengan dalih kesamaan hak dan kerukunan??! Semoga tidak,” tulis Harman Tajang.
Asrama Haji Sudiang Makassar memang digunakan sebagai tempat transit umat Muslim di Sulsel, sebelum berangkat ke Mekah. Di sana, mereka biasanya dibekali ilmu dan tata cara saat berhaji.
Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Harian MUI Sulsel Rahim Yunus mengaku kalau alih fungsi Asrama Haji Sudiang agar digunakan untuk acara keagamaan di luar Islam, tidaklah salah.
Asal, fungsinya sebagai tempat pemberangkatan dan penerimaan jemaah haji masih dilakukan. Katanya, kegiatan yang dilakukan para pendeta di luar dari fungsi asrama haji.
“Setahu saya memang bisa digunakan sesuai aturan penggunaan aset negara. Kami Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulsel juga di tahun 2019 yang lalu selaku tuan rumah menggunakannya untuk tempat konfrensi FKUB se-Indonesia ke-IV. Waktu itu hadir utusan FKUB dari provinsi dan kabupaten kota seluruh Indonesia yang di dalamnya terdiri dari penganut 6 agama, yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu,” katanya kepada ERA, Senin (23/5/2022).
Rahim menegaskan jika kegiatan para pendeta di Asrama Haji Sudiang Makassar, sudah direstui dan dirembukkan banyak pihak. Waktu itu, ia hadir langsung saat pembukaan. Tak lupa, Rahim mengingatkan publik tentang kisah Rasulullah Muhammad SAW, yang pernah menerima tamu dari Najran yang beragama Kristen dan mempersilakan masuk di Masjid Nabawi.
“Kalau umat Islam boleh mengizinkan umat non muslim masuk di Masjid maka tentunya bukanlah penyalahgunaan jika non muslim menggunakan Asramah Haji, sebagai tempat pertemuan yang dihadiri oleh para pendeta Kristen. Menurut saya hal itu tidak perlu dipermasalahkan karena tidak termasuk kategori penyalahgunaan,” tandasnya.***
Eksplorasi konten lain dari Riaunews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.