Jakarta (Riaunews.com) – Foto Presiden Jokowi bersama dengan sejumlah pegiat media sosial diantaranya Abu Janda, Denny Siregar, dan Eko Kuntadhi baru-baru ini ramai dibahas, salah satunya oleh pengamat politik Rocky Gerung.
Meskipun Juru Bicara Presiden Jokowi, Fadjroel Rachman telah membantah istana memiliki buzzer, tetapi Rocky Gerung tetap menyumbangkan opininya.
Rocky Gerung menyebut buzzer adalah budak politik istana. Hal itu dia sampaikan lewat video berjudul “Buzzer Otu Perbudakan Modern Politik Istana” yang tayang dalam saluran YouTube Rocky Gerung Official.
“Ini (foto Jokowi dan Abu Janda cs) kan bagian jejak digital, walaupun istana membantah itu sebelum Pilpres 2019, tapi tetap saja persepsi yang muncul di benak publik ada hubungannya,” ujar Hersubeno Arief mengawali pembahasan seperti dikutip Suara.com, Senin (15/2/2021).
Rocky Gerung menimpali dengan menggambarkan foto Jokowi dan Abu Janda itu bak peternakan politik. Kata dia, orang-orang dalam foto terlihat feodalistik.
Mengomentari soal itu pula, Rocky Gerung bahkan menyebut buzzer merupakan bukti adanya bentuk perbudakan politik.
“Saya mau lihat bahwa yang digambarkan semacam peternakan politik, karena berjajar di situ ternak. Jadi ada peternakan buzzer dan wajah-wajah di belakang Presiden, Moeldoko, segala macam, itu wajah yang terlihat feodalistik,” sahut Rocky Gerung.
“Nah ini yang saya sebut perbudakan. Buzzer itu perbudakan politik. Foto itu foto para budak politik yang bersembunyi tapi ditemukan juga,” sambungnya.
Saat ditanya Hersubeno Arief apakah hal demikian muncul karena mentalitas budak atau saling membutuhkan, Rocky Gerung tegas menyebut adanya simbiosis mutualisme.
“Saling membutuhkan, sebab kalau tuan-nya lobus frontalisnya sempurna, dia gak punya budak. Demikian juga budak kalau lobus frontalisnya sempurna, dia gak mau diperbudak,” kata Rocky Gerung.
“Ini bertemu simbiosis politik antara pengasuh budak dengan budak politik. Ini yang akan diingat orang. Indonesia pernah mengalami perbudakan padahal perbudakan peristiwa di Amerika berakhir 200 tahun lalu. Demokrasi tidak mengehendaki perbudakan tapi kesetraaan informasi,” tandasnya.
Rocky Gerung kemudian menyoroti pemerintah yang menurutnya tidak membalas argumen orang, tetapi justru mudah memenjarakan dan melaporkan ke Bareskrim Polri.
Sebelumnya diberitakan, dalam foto yang beredar, Jokowi terlihat dikelilingi sejumlah orang termasuk Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko di barisan depan. Dalam foto itu, Abu Janda tampak mengenakan peci di belakang Jokowi.
Sementara, Eko Kuntadhi tampak tersenyum yang keberadaannya tak jauh dari Abu Janda. Sedangkan di barisan kanan, terlihat pegiat media sosial lainnya Denny Siregar yang tampak memalingkan wajahnya ke arah kanan.
Foto itu itu diunggah Twitter EnggalPMT dan viral di dunia maya. Pemilik akun tersebut juga menuliskan ‘Kabinet Kolam Buntek’ pada foto yang diunggahnya.
“Susunan Kabinet Kolam Butek. Dibiayai oleh APBN dengan judul siluman,” kicau EnggalPMT .
Terkait hal itu, Juru Bicara Presiden Jokowi, Fadjroel Rachman menanggapi soal foto Jokowi dengan Abu Janda, Denny dan Eko Kuntadhi. Dia mengaku jika Istana tak pernah memiliki buzzer.
“Pemerintah tidak memiliki buzzer,” kata Fadjroel.
Dia mengklaim pemerintah menggunakan influencer untuk keperluan pemasaran pariwisata seperti yang dipakai Kemenparekraf. Hal itu bertujuan untuk menarik wisatawan.
“Influencer atau KOL terkait covid-19 dan vaksinasi itu cuma-cuma dan gratis sebagai bentuk gotong royong melawan pandemi Covid-19,” tuturnya.***