
Pekanbaru (Riaunews.com) – Hari ini, Selasa (14/4/2020), tepat 9 tahun wafatnya wartawan senior Rosihan Anwar.
Anggota DPR RI Fadli Zon ikut mengenang tokoh pers, sejarawan, sastrawan, dan budayawan Indonesia tersebut dengan me-twit di akun media sosialnya @fadlizon.
“Alfatihah. Masih sy simpan mesin tik almarhum Rosihan Anwar, pemberian sehari sebelum Tante Ida wafat,” ungkap Fadli yang diunggah pada Selasa (14/4).
Politisi Partai Gerindra ini mengaku juga menyimpan tulisan-tulisan tangan untuk buku, kacamata, dll tokoh pers kelahiran Kubang Nan Duo, Sirukam, Kabupaten Solok, 10 Mei 1922.
“Tak terasa itu 9 thn lalu. Rasanya baru saja,” tambah Fadli.
Dpt hadiah mesin tik Rosihan Anwar (4 Sep 2010), mesin tik yg selama ini dipakai menulis banyak karya alm Rosihan Anwar. pic.twitter.com/SxwQXbTGtN
— Fadli Zon (@fadlizon) March 11, 2018
Dikutip dari Wikipedia, Rosihan Anwar meninggal di Jakarta, 14 April 2011 pada umur 88 tahun. Rosihan merupakan salah seorang yang produktif menulis semasa hidupnya.
Rosihan memulai karier jurnalistiknya sebagai reporter Asia Raya pada masa pendudukan Jepang tahun 1943 hingga menjadi pemimpin redaksi Siasat (1947-1957) dan Pedoman (1948-1961).
Pada masa perjuangan, ia pernah disekap oleh penjajah Belanda di Bukit Duri, Batavia (kini Jakarta).
Kemudian pada tahun 1961, koran Pedoman miliknya dibredel penguasa.
Pada masa Orde Baru, ia menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (1968-1974).
Tahun 1973, Rosihan mendapatkan anugerah Bintang Mahaputra III, bersama tokoh pers Jakob Oetama. Namun kurang dari setahun setelah Presiden Soeharto mengalungkan bintang itu di lehernya, koran Pedoman miliknya ditutup.
Pada 1950, bersama Usmar Ismail ia mendirikan Perusahaan Film Nasional (Perfini). Dalam film pertamanya, Darah dan Doa, ia sekaligus menjadi figuran. Dilanjutkan sebagai produser film Terimalah Laguku.
Sejak akhir 1981, ia mempromosikan film Indonesia di luar negeri dan tetap menjadi kritikus film sampai akhir hayatnya.
Pada tahun 2007, Rosihan Anwar dan Herawati Diah, yang ikut mendirikan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Surakarta pada 1946, mendapat penghargaan ‘Life Time Achievement’ atau ‘Prestasi Sepanjang Hayat’ dari PWI Pusat.
Rosihan Anwar meninggal dunia pada hari Kamis, 14 April 2011 pukul 08.15 WIB di Rumah Sakit Metropolitan Medika Center (MMC) Jakarta dalam usia 89 tahun. Ia diduga terkena gangguan jantung dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta Selatan.***