Jumat, 19 April 2024

Nirina Zubir Walkout saat Wawancara di tvOne, Ini Penjelasan Pengacara

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 
Nirina Zubir lakukan walk out saat wawancara dengan tvOne. (Foto: Suara.com)

Jakarta (Riaunews.com) – Nirina Zubir melakukan aksi walk out saat diwawancara tvOne terkait kasus mafia tanah yang menimpanya.

Nirina Zubir merasa dijebak karena tvOne tiba-tiba menghadirkan pengacara pihak tersangka Riri Khasmita yang kemudian menyalahkan mendiang ibunda Nirina Zubir, Cut Indria Martini atas terjualnya aset-aset tersebut.

Hal itu diungkapkan oleh Nirina Zubir di Insta Story Instagram pribadinya. Nirina sekaligus merasa kecewa dengan pihak tvOne karena tiba-tiba menghadirkan narasumber yang mengaku sebagai pengacara tersangka mafia tanah.

“Tapi apa yang terjadi, tvOne menjebak Nirina live bersama seseorang yang adalah mengaku kuasa hukum dari tersangka Riri Khasmita, yang kita ketahui bukan dia (pengacaranya). Kalaupun itu lawyer baru, oh come on, banyaklah pasti lawyer-lawyer yang pada saat ini bermunculan, tapi masa dikasih sih panggung sama tvOne? I’m very disappointed dan saya dan lawyer saya juga meminta surat permohonan maaf dari tvOne, saya tunggu,” papar Nirina.

Terpisah, kuasa hukum Nirina Zubir, Ruben Siregar menjelaskan kejadian itu berlangsung ketika Nirina Zubir diwawancara dalam siaran live tvOne pada Kamis (18/11) sekitar pukul 05.30 WIB. Menurut Ruben, sebelumnya pihak tvOne tidak memberikan informasi kepada Nirina Zubir bahwa pengacara dari pihak tersangka juga akan dihadirkan dalam siaran tersebut.

“Iya, karena awalnya kenapa kita mau (diwawancara oleh) tvOne, karena awalnya janjinya kita duet, berdua pihak Nirina dan pihak BPN Jakarta Barat. Ternyata pas di lapangan bukan sama BPN duetnya, malah kita ditampilkan berbarengan dengan lawyer tersangka,” kata Ruben saat dihubungi detikcom, Jumat (19/11/2021).

Di tengah sesi wawancara, tiba-tiba tvOne menghadirkan seorang narasumber pengacara dari pihak tersangka. Yang mana menurut Ruben, pengacara tersebut juga tidak jelas legal standing-nya karena tidak memperlihatkan surat kuasa dari tersangka.

“Bahkan kita belum pernah ketemu itu orang, apakah benar itu lawyer tersangka, bener nggak dia lawyer? Bener nggak dia penerima kuasa tersangka, tersangka yang mana? Harusnya dikomunikasikan dulu dong sama kita,” ujarnya.

Ruben menjelaskan pihaknya tidak melarang tvOne untuk meminta tanggapan dari pihak tersangka. Akan tetapi menurutnya, alangkah baiknya bila konfirmasi tersebut dilakukan secara terpisah.

“Coba bayangkan logikanya saja, kalau kemarin sama pihak tersangka, nggak mungkin kita peluk-pelukan kan, yang ada malah bentak-bentakan kan. Buat apa kita direncanakan bentak-bentakan di TV kan aneh gitu lho. Kalau mau sendiri-sendiri saja, tidak berbarengan. Kita tidak melarang (mewawancara pihak tersangka), tapi kalau mau berbarengan, ya izin kita dulu dong. Kenapa, udah pasti kan hasilnya bentak-bentakan, ya kita males bentak-bentakan di TV buat apa?,” bebernya.

Nirina Geram dengan Pernyataan Pihak Tersangka

Di satu sisi, pihak Nirina Zubir juga merasa geram dengan pernyataan pengacara tersangka. Karena menurut Ruben, pihak pengacara tersangka telah memutarbalikkan fakta dengan menumpahkan kesalahan kepada mendiang ibunda Nirina Zubir.

“Tidak berkenan (dengan pernyataan pihak tersangka), ibunya Nirina udah meninggal, terus difitnah begitu saja. Dibilang dia (ibunda Nirina) yang menunjuk PPAT, dia yang menunjuk kuasa menjual. Pakai logika lah anaknya ada lima, ngapain nunjuk orang lain kalau anaknya ada lima, kenapa nggak satu aja yang bisa ditunjuk jadi kuasa. Kan nggak logis, ngomongnya asal-asalan. Nah Nirina sebagai wanita, perasa lah, pasti dia kesalnya setengah mati,” katanya.

Lebih lanjut, Ruben mengatakan sejauh ini baru produser eksekutif tvOne yang menyampaikan permintaan maaf kepada Nirina atas kejadian tersebut. Namun, Ruben menunggu permintaan maaf dari pihak Pimpinan Redaksi tvOne untuk meminta maaf.

“Kalau dari produser eksekutif sudah ada permintaan maaf secara tertulis melalui WA, tapi kalau dari pimpinan redaksi nggak ada. Pimpinan redaksi seharusnya bertanggung jawab,” katanya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *