Kamis, 28 November 2024

Terungkap, 14 ABK WNI yang bekerja di kapal China tak terima gaji utuh dan diskriminasi

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 
ABK asal Indonesia yang bekerja di kapal ikan China dieksploitasi. (Foto: Tangkapan Layar Youtube)

Jakarta (Riaunews.com) – Sebanyak 14 warga negara Indonesia yang bekerja sebagai anak buah kapal (ABK) di kapal penangkap ikan milik China Long Xing 629, ternyata tak menerima gaji utuh selama tiga bulan pertama.

Hal ini diungkapkan kuasa hukum para ABK dengan alasan perusahaan pemilik kapal gaji tidak utuh karena masalah biaya administrasi.

“Padahal menurut ketentuan dalam UU Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, pembebanan biaya rekrutmen kepada pekerja merupakan tindak pidana,” kata salah satu pengacara ABK dari DNT Lawyers, Boris Tampubolon dalam keterangan, Ahad (10/5/2020).

Boris mengatakan pembayaran gaji juga tidak sesuai dengan kontrak yang ditandatangani oleh ABK. Ia mengatakan ABK tidak mendapat hak gaji sesuai dengan perjanjian.

“Ada ABK yang hanya mendapatkan US$120 atau Rp 1,7 juta setelah bekerja selama 13 bulan. Padahal seharusnya ABK berhak mendapatkan minimum US$300 atau Rp4,4 juta setiap bulan,” kata Boris.

Boris mengatakan jam kerja mengharuskan para ABK bekerja selama 18 jam setiap hari. Jika kebetulan pada saat itu tangkapan ikan sedang berlimpah, maka para ABK harus kerja terus-menerus selama 48 jam tanpa istirahat.

Boris mengatakan kontrak kerja (Perjanjian Kerja Laut) memuat unsur yang membuat ABK berada dalam kondisi rentan. Unsur-unsur tersebut di antaranya adalah jam kerja tidak terbatas yang ditentukan kapten, hingga hanya boleh makan makanan yang disiapkan.

“Tidak boleh komplen walau yang ada tidak layak atau bertentangan dengan agama, tidak boleh membantah perintah apa pun dari kapten, tidak boleh melarikan diri dari kapal, dan lain-lain,” kata Boris.

Boris juga mengungkap terdapat perbedaan pembagian makanan antara ABK WNI dengan ABK China. ABK WNI bahkan sering diberi makanan berupa umpan ikan yang berbau sehingga mereka mengalami gatal dan keracunan makanan.

Boris mengatakan ABK WNI diberi makanan berupa sayur dan daging ayam yang sudah berada di pembeku lemari pendingin sejak 13 bulan. Sementara itu, ABK China selalu memakan dari bahan makanan yang masih segar.

“Koki China membuat dua pembagian masakan, yaitu makanan khusus ABK China yang seluruhnya lebih segar dan menggunakan air minum botol, dan makanan khusus ABK Indonesia dengan makanan lama yang tidak segar dan berbau,” kata Boris.

ABK Indonesia hanya diberikan air sulingan dari air laut yang masih sangat asin, sedangkan ABK Tiongkok meminum air mineral dalam kemasan botol.

“Beberapa penelitian menunjukkan kebanyakan minum asin dapat menyebabkan hipertensi dan jantung,” ujar Boris.***


Eksplorasi konten lain dari Riaunews

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

 

Tinggalkan Balasan