Opini  

Agama Bukanlah Permainan

Ferdinand Hutahaean mengaku mualaf sejak 2017 setelah cuitannya tentang “Allahmu lemah” dipolisikan.

Oleh: Murli Ummu Arkan

Adanya kasus pelecehan agama yang dilakukan oleh politikus Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean, ulama dan umat muslim di Indonesia menjadi geram.

Bagaimana Umat muslim tidak geram? jika Ferdinand Hutahaean yang notabene sebagai mualaf telah mengucapkan ujaran kebencian yang mengandung SARA terhadap umat muslim. Sebagai Mualaf, dia mengatakan dalam akun Twitternya “Allahmu ternyata lemah”. Secara otomatis hal ini ia tujukan kepada umat muslim.

Bukankah dia juga bagian dari umat muslim? Karena statusnya saat ini ia adalah seorang mualaf. Serendah-rendahnya ilmu agama seorang mualaf, pasti seseorang itu tidak akan menghina Tuhan yang telah ia yakini. Betul?

Pelecehan Agama Terus Terjadi

Sejak dulu hingga kini kasus pelecehan agama di negeri ini tidak pernah surut. Kebanyakan pelecehan tersebut terjadi pada agama Islam. Salah satunya ya kasus yang dilakukan Ferdinand Hutahaean ini, yang mencela Allah Swt.

Mirisnya juga dengan tanggapan Bapak Menag yang terkesan kurang bijak dalam menangani kasus ini. Seolah-olah kasus ini cukup diselesaikan dengan ungkapan penyesalan dan permohonan maaf saja, mengingat pelaku baru menyandang status mualaf.

Pelecehan terhadap Allah Swt adalah hal yang krusial bagi agama Islam. Apalagi pelaku dalam kasus pelecehan ini adalah seorang mualaf yang mana ia juga sudah menjadi bagian dari umat Islam itu sendiri. Miris, pelecehan agama dilakukan oleh pemeluknya sendiri.

Agama Islam bukanlah agama permainan. Sebelum masuk Islam, seharusnya seseorang sudah berpikir dan mengkaji dengan dalam bahkan sudah bisa menerima bahwa Allah Maha Besar dan Maha Agung. Tidak ada yang bisa menandingi kekuatan-Nya. Jika hal ini sudah diimani seseorang dan seseorang itu sudah memeluk Islam menjadi mualaf, tentu ia tidak akan mencela Allah Swt sebagai Tuhannya.

Namun, berbeda dalam kasus Ferdinand Hutahaean ini. Jika kasus pelecehan agama Islam biasanya dilakukan oleh non muslim, namun kali ini dia sebagai mualaf justru melakukan pelecehan terhadap Tuhannya sendiri yang baru ia imani. Kenapa bisa demikian??

Pertama, bisa jadi masalah bab akidah masih belum tuntas. Sebelum menjadi mualaf atau masuk Islam, keyakinan akidah terhadap Allah Swt harus tuntas diyakini dan dipahami bahwa Allah Tuhan semesta alam. Tidak ada Tuhan melainkan Dia. Allah Maha Besar. Tidak ada kekuatan yang bisa menandingi kekuatan-Nya. Selain itu juga harus tuntas dalam meyakini bahwa Muhammad adalah utusan Allah Swt. Jika hal ini sudah diyakini dalam hati dan diwujudkan dengan memeluk Islam, insyaallah serendah-rendahnya ilmu agama seorang mualaf tidak akan pernah bisa mencela Tuhannya sendiri.

Kedua, adanya Hak Asasi dalam berpendapat. Hak asasi inilah yang menjadikan seseorang mudah sekali untuk melontarkan kalimat-kalimat yang hendak ia keluarkan. Karena merasa dilindungi oleh payung HAM. Namun, jika benar ia lakukan atas dasar ini berarti ia tidak menghormati sama sekali Islam sebagai agamanya.

Ketiga, adanya arus moderasi beragama yang kuat saat ini. Pasalnya moderasi beragama ini adalah salah satu wasilah yang digunakan pemerintah sebagai alat untuk menjaga kerukunan antar umat beragama. Dalam paham moderasi ini tidak mengapa umat melakukan toleransi yang kebablasan alias mengikuti ritual-ritual agama lain.

Menganggap juga bahwa semua agama itu sama dan benar. Inilah yang sebenarnya bertentangan dalam pandangan Islam. Hal ini sudah dijalankan, maka akan berbahaya bagi umat muslim. Salah satunya umat muslim tidak akan merasa bangga dengan agamanya sendiri. Tidak heran jika ada kasus seperti yang terjadi pada Ferdinand Hutahaean ini. Ia mualaf tapi mencela Tuhannya sendiri.

Dalam hal ini sudah seharusnya, Ferdinand Hutahaean tidak hanya melakukan permohonan maaf kepada umat muslim saja agar bisa bebas dari jeratan pidana. Namun, hal yang paling utama adalah melakukan taubatan nasuha kepada Allah Swt agar diampuni dosanya. Selain itu juga harus banyak-banyak mengkaji Islam Kaffah.

Jika Islam moderat dijadikan pedoman dalam memeluk Islam, tidak menutup kemungkinan hal ini akan terjadi lagi.

Dari pemerintah sendiri, seharusnya juga memberikan sanksi yang tegas agar seseorang bisa mengontrol diri dalam mengeluarkan pendapatnya agar tak terjadi pelecehan agama. Akidah umat ini dijaga semurni-murninya apalagi mengingat negeri ini mayoritas penduduk muslim. Sungguh hal ini akan berat dicapai jika sistem negeri ini masih bercokol pada sistem kapitalisme-sekulerisme.

Islam Kaffah Penjaga Akidah

Sudah saatnya kita terapkan Islam Kaffah. Islam Kaffah adalah Islam menyeluruh. Di dalamnya penuh dengan aturan Allah Swt yaitu aturan dari Sang Pemilik Wahyu. Tentu tidak mungkin ajaran di dalamnya akan menimbulkan pertentangan dalam kehidupan manusia.

Islam akan memberikan pemahaman- pemahaman yang benar.Terutama dalam bab akidah, sehingga pemeluk Islam akan lebih mengenal Tuhannya dengan benar dan lebih bangga dengan ajarannya. Menguatkan akidah Islam agar tidak mudah terpengaruh dengan ide-ide asing yang bisa mengikis akidahnya. Memberikan penguatan tsaqafah-tsaqafah Islam dalam diri umatnya. Dengan demikian, umat tahu batasan-batasan yang harus dijauhinya. Sudah saatnya Islam Kaffah diterapkan di negeri ini. Agar umat tidak lagi sembarangan melakukan pelecehan agama. ***

Penulis Pegiat Literasi Islam Asal Rembang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *