Senin, 25 November 2024

Bentrok Warga Rempang, Bukti Mengurus Rakyat Sembarangan

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 

Oleh Devi Novianti , pemerhati generasi dan pengisi Majelis Taklim

Dikabarkan oleh CNN Indonesia, aparat gabungan TNI-Polri dikabarkan memaksa masuk ke wilayah warga Pulau Rempang, Batam, pada Kamis (7/9). Bentrokan aparat dengan warga pun tak terelakkan.

Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) melalui akun resmi X mereka, menyebut bentrokan pecah lantaran warga menolak pemasangan patok sebagai langkah untuk merelokasi warga. Informasi tersebut telah dikonfirmasi Ketua YLBHI Muhammad Isnur.

“Saat ini aparat gabungan dari beragam kesatuan dengan mengendarai 60 armada kendaraan sedang berupaya masuk ke Pulau Rempang, Kota Batam Provinsi Riau,” tulis YLBHI.

“Kegiatan ini jelas mendapat penolakan dari mayoritas penduduk 16 kampung Melayu Tua karena tujuan pemasangan patok ini merupakan rangkaian kegiatan yang hendak memindahkan warga dari kampungnya,” tambah mereka.

Dalam video yang diunggah YLBHI, tampak armada kepolisian menyemprotkan water cannon di lokasi bentrokan. Aparat berseragam dan warga tampak berkerumun. Salah satu warga tampak mengalami luka di kepala. “Beberapa orang mendapatkan intimidasi, kekerasan fisik dan enam orang ditangkap oleh kepolisian setempat”.

Adapun Pulau Rempang telah resmi ditetapkan menjadi Proyek Strategis Nasional pada Agustus 2023 lalu untuk pembangunan Industri, pariwisata dan lainnya. PSN itu bernama “Rempang Eco-City.”

Bukti Kezholiman

Bentrok yang terjadi di Rempang merupakan bukti kezholiman penguasa. Bisa dilihat dari 2 sisi yakni secara makro dan mikro.Secara mikro, keberpihakan penguasa pada oligarki akan mempengaruhi kebijakan-kebijakan penguasa. Jelas memberikan keuntungan pada mitranya.

Secara makro, nampak bukti kegagalan penguasa dalam mensejahterakan rakyatnya. Dalam sistem kapitalis atau dalam bahasa Arab disebut “ro’sumali” (kepalanya uang). Janji investasi 381T begitu membutakan mata, tidak peduli disana ada warga yang tidak bisa dipisahkan dari Pulau Rempang. Jangankan membantu warga agar sejahtera, malah digusur dari tanah tempat tinggal mereka yang sudah puluhan tahun mereka tempati.

Ini juga bukti pembangunan lebih fokus ke infrastruktur dibanding pembangunan manusia itu sendiri. Penguasa juga menjadi abdi pemilik modal. Bisa dikatakan masyarakat Rempang telah disampaikan haknya, dizholimi kehidupannya demi kepentingan oligarki.

Belajar Dari Pemimpin Islam

Masyarakat Rempang saudara kita. Jika mereka sakit, tentu kita pun merasakan sakitnya. Karena Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits, “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Muslim No 4685)

Tambah lagi penguasa negeri ini muslim yang mestinya dapat mengambil hikmah dari kisah Khalifah Umar bin Khattab saat satu wali bernama Amru bin Ash hendak menggusur tanah seorang Yahudi untuk pembangunan masjid. Orang Yahudi tersebut tidak ridho dengan penggusuran tersebut dan mengadu pada Umar bin Khattab.

Kemudian Umar mengirim Amru bin Ash tulang yang diberi garis dengan pedang, satu garis vertikal dan satu garis horizontal. Saat menerima tulang tersebut, Amru membatalkan proyek pembangunan masjid.

Goresan pedang pada tulang merupakan peringatan dari Umar bin Khattab agar Amru selalu berlaku lurus (adil) seperti garis vertikal pada tulang ini. Jika Amru tidak bertindak lurus maka Umar akan memenggal lehernya sebagaimana garis horizontal di tulang ini.

Khotimah

Wahai penguasa bermuhasabahlah. Bahwa kelak kita semua akan kembali pada Allah. Allah akan bangkitkan kita kelak. Apakah sanggup kalian jika begitu banyaknya masyarakat akan menuntut ketidakadilan ini. Sanggupkah lari saat itu? Tentunya tidak.

Oleh karena itu hentikankah proyek nasional Rempang, artinya evaluasi kembali dan kembalilah pada aturan Islam dalam mensejahterakan rakyatnya
Wallahu’alam

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *