
Oleh: Resmi Juwita
GENERASI dalam ancaman serius. Budaya kekerasan kian marak dipertontonkan di media. Ini terikat erat pada dampak pemilihan sistem kehidupan yang tak mampu memberi peran. Pasalnya, generasi gemilang justru hilang dari peliputan. Ambisi merusak kian ketara, kejahatan diadopsi sebagai budaya. Semua digiring untuk melihat kejahatan sebagai hal yang biasa saja.
Masalah generasi muda saat ini, bukanlah masalah yang baru untuk diperbincangkan, masalah ini sudah ada sejak bertahun-tahun silam. Perbedaannya adalah kenakalan generasi muda pada setiap masa hanya berbeda versinya saja.
Pengaruh lingkungan atau kemajuan sains dan teknologi, semakin membuat para generasi muda tidak terkendalikan. Apalagi di era globalisasi, kenakalan remaja menjadi problematika kehidupan di berbagai negara termasuk Indonesia.
Fakta konkrit menunjukkan bahwa beberapa bulan terakhir ini tingkat kenakalan remaja di negara kita meningkat dan sudah sampai pada kondisi yang sangat parah. Seperti tawuran antar anak sekolah, antar pemuda kampung, mabuk-mabukan, narkoba, ugal-ugalan di jalan raya, antar geng motor, bahkan hamil di luar nikah, sudah bukan peristiwa yang langka lagi saat ini.
Peristiwa yang baru-baru ini terjadi menunjukan betapa jauh nya pemuda saat ini dari norma dan nilai agama, sehingga mereka mampu melakukan tindak penganiayaan dan kekerasan secara brutal pada lawan tarungnya.
Dilansir dari CNN Indonesia (20/02/2023), Kasus penganiayaan anak pejabat pajak Mario Dandy Satriyo, terhadap putra petinggi GP Ansor Jonathan Latumahina, David. Penganiayaan ini secara brutal yang dilakukan oleh Mario Dandy yang menyebabkan korbannya mengalami kejang-kejang dan koma. Kasus ini terjadi di sebuah perumahan di Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Senin sekitar pukul 20.30 WIB.
Lebih mirisnya lagi, kekerasan seksual yang dialami oleh seorang remaja putri yang dilansir dari Kompas. Com. Siswi SMP j (14) di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Remaja putri ini meninggal usai menjadi korban pemerkosaan beberapa rekannya. Kasus tersebut terungkap saat korban yang tercatat sebagai Kecamatan Cenrana mengaku kesakitan di alat vital hingga kesulitan untuk duduk.
Awalnya korban tidak mau berbicara, namun setelah dibujuk oleh orangtuanya, akhirnya dia mau berbicara dan mengaku telah diperkosa secara beramai-ramai oleh empat rekan sekolahnya. Orangtua korban pun terkejut dan membawa anaknya ke kantor polisi untuk melapor pada Minggu, 12 Februari 2023.
Namun saat membuat laporan ke polisi, kondisi korban menurun dan tak mungkin dimintai keterangan. J pun dilarikan ke RS M Yasin Bone. Setelah menjalani perawatan selama lima hari, korban menghembuskan napas terakhirnya pada Jumat (17/02/2023). Lagi – lagi kasus perkosaan memakan korban jiwa.
Tidak berhenti sampai disitu saja, kasus kenakalan remaja saat ini sungguh luar biasa, seperti yang terjadi di purwakarta. Polsek Pasawahan, Polres Purwakarta mengamankan lima orang pemuda yang melakukan percobaan pencurian dengan kekerasan dan penganiayaan.
Kelima pemuda ini berusia di bawah 19 tahun, semua berasal dari kabupaten yang sama dari desa yang berbeda. Diantaranya, W (18) warga Desa Parakanlima, Kecamatan Jatiluhur, RM (18) warga Desa Sukajaya Kecamatan Sukatani, KS (19) warga Desa Salem, Kecamatan Pondoksalam, RR (18) warga Desa Lebak Anyar, Kecamatan Pasawahan dan DA (17) warga Desa Kertajaya, Kecamatan Pasawahan. Diketahui, para pemuda tersebut masih berstatus pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang tak sepantasnya melakukan hal tercela karena status mereka adalah orang yang berpendidikan.
Pemuda dalam Jeratan Kapitalis
Sungguh teriris rasanya hati, melihat berbagai problematika yang terjadi pada para pemuda saat ini. Yang semakin hari semakin tak terkendalikan. Mereka tidak takut sama sekali terhadap apa yang sudah mereka lakukan. Yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana caranya untuk melampiaskan keinginan mereka sesuka hatinya.
Makin banyaknya tindak kekerasan yang dilakukan oleh pemuda, menggambarkan bahwa ada yang salah dalam sistem kehidupan saat ini. Mulai dari gagalnya sistem pendidikan dalam membentuk anak didik yang beriman dan bertakwa, serta lemahnya peran keluarga dalam meletakkan dasar perilaku yang terpuji sehingga rusaknya masyarakat.
Dimana fungsi ibu sebagai ummu wa rabbatul bait, menjadi madrasah ula dalam keluarga, sudah dirusak oleh sistem kapitalisme dengan kehidupan ekonomi yang serba sulit. Sehingga mau tidak mau, ibu yang tadinya mengurus anak dan rumah tangga, akhirnya ikut berperan mencari nafkah di luar rumah. Pada akhirnya peran ibu sebagai madrasah ula, sering terabaikan dan anak tumbuh dan berkembang tanpa bimbingan ibu.
Ini adalah buah dari sistem kehidupan yang berasaskan sekularisme, yang memisahkan agama dari kehidupan dan akal manusia sebagai penentu segala sesuatu untuk menentukan baik dan buruk tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Ditambah lagi buruknya sistem saat ini, menunjukkan mandulnya sistem hukum di negeri ini yang tidak mampu memberikan efek jera bagi pelaku tindak kejahatan.
Bagaimana Islam Memandang Peran Ibu dalam Tatanan Kehidupan?
Islam adalah agama yang sempurna yang bukan hanya agama ritual belaka, akan tetapi ia datang membawa seperangkat aturan untuk mengatur kehidupan dalam bermasyarakat,
Seorang pemerkosa dalam Islam akan dihukum dengan had zina yakni di cambuk dan di usir dari kampung halamannya apabila pelaku seorang yang belum menikah tapi jika pelakunya ternyata sudah menikah maka ia akan di hukum rajam, dan tentunya dengan uqubat (sanksi) yang berat itu akan memberikan efek jera bagi para pelaku tindak kejahatan.
Islam menjadikan aqidah Islam sebagai asas seluruh aspek kehidupan, sehingga menyadari dunia adalah tempat menanam kebaikan untuk dipanen di akhirat kelak. Hal ini akan menjaga setiap individu untuk selalu berperilaku sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya, karena apa yang kita lakukan di dunia tentu semua akan ada perhitungannya kelak di akhirat. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ
“Jangan sekali-kali kamu mengira, Allah akan melupakan tindakan yang dilakukan orang zalim. Sesungguhnya Allah menunda hukuman mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak (karena melihat azab).” (QS. Ibrahim: 42).
Islam juga mewajibkan masyarakatnya dan negara sebagai pilar yang menjaga umat selalu dalam kebaikan. Karena di era modern seperti sekarang ini, kita sangat membutuhkan generasi madani, generasi yang tidak hanya memahami Islam dalam konteks tekstualitas semata, akan tetapi sangat diharapkan dapat menghasilkan generasi yang berkualitas, sehingga mampu mensinergikan pengetahuan yang dimilikinya dan teraplikasikan dengan baik dalam masyarakat. Sehingga mampu menjawab berbagai permasalahan sosial dan budaya.
Islam ingin generasi menjadikan Islam sebagai penuntun dan petunjuk. Dimana aturan-aturan yang berlaku disadari dan dipahami oleh manusianya. Disinilah letak peran ibu yang sesungguhnya yaitu menanamkan nilai-nilai moral, akhlak, agama, dan lain sebagainya, kepada anak.
Islam adalah agama yang memiliki kesempurnaan dalam aturannya dan memahami akan hakikat beragama untuk menghadirkan manusia yang beradab. Karena manusia yang beradab akan mampu menciptakan peradaban dan memahami akan hakikatnya sebagai makhluk sosial.
Jika pendidikan karakter tidak diberikan oleh ibu kepada anak sejak usia dini, jelas nantinya akan terlihat suatu perbedaan antara anak yang telah diberikan pendidikan karakter dengan baik atau tidak sama sekali. Karena, menjadi pendidik tidak cukup sekedar menyiapkan anak untuk mengarungi kehidupan di dunia, namun juga menunjukkan cara agar anak selamat sampai di akhirat.
Islam juga mewajibkan masyarakat dan negara yang merupakan pilar yang menjaga umat untuk selalu berada dalam kebaikan sehingga tercipta kehidupan yang tentram dan sejahtera di bawah naungan negeri Islam dengan aturan yang sempurna yakni aturan dari Allah SWT.
Tuntunan tersebut akan diintegrasikan dalam sistem pendidikan. Mengingat setiap laki-laki atau perempuan akan menjadi orang tua kelak. Sehingga ini adalah bentuk tanggung jawab yang Islam bebankan kepada manusia, karena Islam sangat menyadari pentingnya keberadaan generasi muda yang sehat jasmani dan rohani dalam membangun peradaban yang mulia. Wallahu a’lam bish-shawab.***
Pegiat Literasi Islam, Pekanbaru, Riau