Oleh: Devi Novianti
Jalan yang bagus sangat penting untuk perputaran ekonomi maupun sektor lainnya. Jalan menjadi penghubung antar satu wilayah dengan wilayah lainnya. Tentulah jika jalan rusak atau banyak yang berlubang akan menghambat para pengguna jalan dan tidak menutup kemungkinan akan terjadi kemacetan.
Hal ini terjadi pada ruas jalan yang dalam proses tambal sulam jalan rusak di Jalan Purwodadi, Kota Pekanbaru berlangsung asal-asalan. Pasalnya proses tambal sulam untuk ruas jalan itu tidak tuntas. Informasi Tribunpekanbaru.com, proses tambal sulam di ruas jalan rusak tersebut berlangsung pada, Kamis (10/11/2022) malam lalu.
Selang satu hari proses tambal sulam ruas jalan itu malah tergenang air. Air menggenangi ruas jalan yang sudah ditambal aspal pada Kamis malam.
Genangan air terjadi karena proses tambal tidak tuntas sehingga kondisi jalan masih rusak. Pengendara harus berhati-hati melintasi ruas jalan tersebut. Mereka harus mengurangi kecepatan ketika melintas di jalan yang kondisinya rusak dan berlubang. Ruas jalan rusak Kota Pekanbaru yang butuh perhatian untuk perbaikan tidak hanya di Jalan Purwodadi. Ada juga sejumlah ruas di Jalan Cipta Karya yang kondisinya rusak berat karena penuh lubang menganga.
Jika berkaca dari sejarah. Pada masa Kekhilafahan Umar bin Khattab, sosok yang selalu merasa khawatir jika ada pengguna jalan baik manusia maupun hewan atau keledai (baca: hewan yang dikenal bodoh karena sering terperosok atau terperangkap di lubang yang sama) terluka akibat jalanan di Irak yang berlubang. Ketakutan Umar ra karena yakin Allah Swt akan hisab “Mengapa tidak engkau sediakan jalan yang rata?”
Terlukanya hewan membuat Umar takut, lalu bagaimana dengan terlukanya manusia yang di dalam Islam sangat berharga? Ingat! Berlubangnya jalan tidak menutup kemungkinan jatuhnya korban jiwa akibat rusaknya jalan. Ini adalah realitas bukan sekedar ketakutan yang tidak beralasan. Perlu kita pahami, Umar bin Khattab ini bukan hebat karena dirinya sendiri, akan tetapi karena keislamannya yang ditopang sistemnya. Sama pula dengan penguasa saat ini yang rusak bukan semata karena kesalahan dirinya sendiri, tapi juga sistemnya.
Umar menyediakan pos dana khusus dari Baitul Mall untuk mendanai infrastruktur, khususnya jalan dan semua hal ihwal yang terkait dengan sarana dan prasarana jalan. Tentu dana ini bukan dari dana hutang.
Orientasi pembangunan jalan untuk kesejahteraan masyarakat dan untuk izzah (kemuliaan) Islam. Jikalau mau bekerjasama dengan pihak lain, mestilah kerjasama yang menguntungkan masyarakat. Bukan justru masuk dalam jebakan hutang sehingga menjadikan posisi negara lemah di mata negara lain.
Umar sangat memperthatikan perbaikan berbagai jalan tatkala membuat perjanjian antara para gubernurnya dan berbagai negeri yang berhasil ditaklukan. Dengan spirit syariah Islam Umar mampu merealisasikan pembangunan infrastruktur baik dan erata di seluruh penjuru negeri.
Infrastruktur adalah hal penting untuk membangun dan meratakan ekonomi demi kesejahtraan rakyat. Karenanya negara wajib membangun infrastruktur yang baik, bagus, dan merata di seluruh negeri. Saat ini jalan dipandang hanya sebatas infrastruktur yang mesti dikelola, karena menjadi bagian penting dalam dunia industri dan sebagai penyedia jasa layanan publik saja.
Pemahaman ini mengenyampingkan aturan agama sebagai sistem kehidupan. Sehingga, jalan yang menjadi roda transportasi adalah kebutuhan masyarakat yang urgen.
Dalam pandangan Islam, infrastruktur dan pelayanan publik adalah tanggung jawab pemerintah secara penuh. Artinya, infrastruktur pembangunan dan perbaikan jalan menjadi salah satu jaminan pemeliharaan pemerintah demi melayani masyarakat agar kesejahteraannya terpenuhi. Kebutuhan rakyat akan transportasi dan jalanan yang baik itu dijamin dan dipermudah, bukan dipersulit dengan diabaikannya kondisi jalan rusak atau berlubang.
Jalan yang merupakan salah satu fasilitas umum yang pembangunan dan pengelolaannya oleh negara serta dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat. Rasulullah Saw. bersabda yang artinya: “Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka” (HR. Ibnu Majah dan Abu Nuaim).
Dalam riwayat lain, Rasulullah Saw. juga bersabda, “Imam (Khalifah) adalah pengurus rakyat dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus” (HR. Bukhari). Cukuplah hadits ini menjadi pengingat bagi kita.***
Wallahu’alam bi ash showab
Pengisi Majelis Taklim dan Pemerhati Generasi