Oleh: Helfizon Assyafei
Betapa kurang ajarnya orang yang beraninya mempermainkan negara. Terang-terangan pula. Janji Rp2 Triliun itu. Itu bukan prank. Itu pelecehan level 4.
Kita mati-matian mencintai, membela negera entah itu di olahraga entah itu di bidang apa saja. Eh ada yang mempermainkan marwah negara dengan uang segitu. Meski awalnya dipuja-puji oleh buzzer yang memang uanglah tuhannya.
Kalau yang terang-terangan saja mereka berani apalagi janji di yang gelap-gelapan tentu lebih berani lagi. Saya menonton klip video narasi Najwa Shihab yang diunggah seorang teman. Narasi itu menyebutkan terjadi pesta diskon di pengadilan. Djoko Candra buronan kakap korupsi itu hukumannya dapat diskon 30 persen. Dari 4 tahun lebih jadi 3 tahun lebih.
Jaksa Pinangki lebih hot lagi. Dapat diskon 60 persen. Dari 10 tahun jadi 4 tahun. Bahkan si Juliari koruptor Bansos Cuma dituntut 11 tahun. Padahal sebelumnya semua berkoar siapa berani korupsi di era pandemi ini akan dihukum mati. Betapa payahnya mencari persamaan kata dan perbuatan.
Kata Najwa, bukankah pesta diskon itu mengundang orang datang belanja? Itu di mal. Kalau diluar mal itu artinya mengundang orang melakukannya karena hukumannya bakal ringan?
Kepercayaan yang harusnya dijaga oleh pemegang amanah terus menurun ke titik nadir. Titik terendah. Ya Tuhan…seperti sebuah mimpi buruk yang melelahkan. Ingin rasanya ku terjaga.
Setiap kali melihat petinggi yang berpidato di podium di layar kaca, imajinasiku seperti menonton film bisu. Aku melihat mulutnya bergerak-gerak. Tapi tak ada yang bisa ku dengar. Yang kulihat mulut itu seperti pipa pembuangan yang mengeluarkan sampah dan bau tak sedap.
Lalu kubawa akal sehat ku pergi. Supaya tak tercemari. Kebodohan yang terus menari-nari. Seperti pandemi yang tak juga mau berhenti entah sampai kapan…***
3 Agustus 2021
Penulis merupakan wartawan senior Riau
Tulisan ini dipublikasikan pertama kali di laman Facebook Helfizon Assyafei
Eksplorasi konten lain dari Riaunews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.