Oleh: Alfisyah Ummu Arifah
Fenomena negeri ini makin hari makin mengkhawatir. Kesejahteraan jauh dari harapan. Hanya milik para penguasa dan pengusaha saja. Justru menjadi mimpi orang kecil yang lemah dan tak berdaya.
Negeri ini tertatih kian lemah. Wajahnya lusuh karena lelah diperebutkan investor penjajah. Tubuhnya ringkih penuh luka batin karena miskin termiskinkan sistem lemah. Sistem penuh masalah yang masih terus dipertahankan.
Hutang terus menggunung. Gali lobang tutup lobang menjadi kebiasaan yang rutin dan sering. Galian lubang hutang baru tak cukup jua untuk menutup hutang. Akhirnya SDA dan aset ditarik paksa sebab gagal bayar hutang. Kondisinya sungguh malang. Butuh sistem solutif yang harus segera dipegang. Agar sejahtera dan bahagia tak terhalang.
Pandemi pun belum pergi. Berapa nyawa harus pergi. Sebab pengelolaan negeri yang tak selesai menggelanyuti. Borok ketimpangan kesejahteraan pun kian tinggi. Tak ada yang sanggup menyelesaikan tuntas persoalan ini. Menjadi pekerjaan rumah yang tak selesai menghantui negeri.
Dalam benak masyarakat penuh tanya. Apa yang salah dari negara. Salah siapa dan akibat apa. Mereka tak bisa menerka dan hampir gila. Kriminal merajalela karena lapar dan dahaga. Perut berbunyi Menahan nyerinya luka. Nasibnya tak ada yang mengubah bahkan kian parah terlunta. Ditelan ganasnya hidup yang kejam dan aniaya.
Negeri ini harus ditolong segera. Dengan sistem yang shohih secara nyata. Agar masalah terurai satu persatu. Negara butuh sistem ekonomi yang solutif dan menuntaskan masalah secara nyata.
Dibutuhkan sistem ekonomi yang mengembalikan kepemilikan mereka. Dalam bentuk mentah atau produk langsung pakai.
Mereka butuh sistem yang perhatikan kebutuhan dasar per individu. Kebutuhan per orang memang tak sama selalu. Perlu di data rinci dan terpadu. kebutuhan perorangan seluruhnya. Hingga terselesaikan semua tanpa kecuali.
Masyarakat butuh sistem yang rapi. Sistem yang urusi kebutuhan secara rinci. Tak satupun warga terlewati. Sandang,pangan dan papannya yang terpenuhi semua tanpa kecuali. Juga kebutuhan kesehatan yang selama ini dinanti. Kebutuhan pendidikan bersekolah tanpa kecuali.
Sistem kapitalisme yang menunggangi negeri ini memang tak punya belas kasih. Negeri yang kaya ini kini miskin dan habis kekayaannya dijarah. Setelah UU dibuat, penjarahan itu lebih sah. Keputusan menguasai atas nama investasi terjadi dengan gagah. Mereka kapital sumringah. Sebab masyarakat kian pasrah. Meskipun mereka mengetahui sedang dijajah.
Andai sistem ekonomi Islam yang berjaya
Dijadikan hukum positif di semua negara. Termasuk di Indonesia. Tentu keadaannya jauh dari ke kata merana.
Sebab sistem kepemilikannya yang jelas telah mencirikan keunikan. Ada harta milik rakyat yang bebas mereka kelola sesuai rambu syariah.
Ada juga kepemilikan negara yang dikelola negara untuk kepentingan semua orang di negara itu yang jadi warga negara secara sah. Sehingga tidak pilih kasih. Tidak berbeda sikap dan tingkahnya.
Adapun kepemilikan negara akan dibagikan dalam bentuk fasilitas atau pelayanan gratis. Pengolahannya diurus sendiri secara mandiri. Tidak diberikan pada asing. Tidak juga menjadikan pihak lain bisa mengendalikannya atau bahkan membelinya. Kebijakan ini adalah kebijakan yang diperintahkan syariah. Sehingga wajar jika sejahtera tertumpah melimpah. Di negeri berkah yang diberkati Allah.
Artinya selama sistem ekonomi islam digunakan. Kesejahteraan bukan cuma impian. Sektor ekonomi makro pun bertumbuh. Apalagi ekonomi mikro. Tidak boleh ada riba, penipuan, penimbunan barang, penguasaan aset rakyat menjadi aset pribadi. Negara menyiapkan iklim bisnis yang kondusif. Ada pinjaman dan hibah dari baitul mal. Kas negara melimpsh sebab pertumbuhan ekonomi per individu naik bukan hanya di grafik saja. Tetapi rilnya memang begitu.
Demikianlah jika hukum Allah yang digunakan. Tak akan Allah biarkan negeri itu kolaps. Susah, miskin, terhina di mata dunia.
Namun saat individu yang rakus harta itu akan mencoba menerapkan hukum islam. Ada keraguan dari apakah mereka tetap bisa bebas melakukan kecurangan? Tentu tidak. Namun tak perlu dikuatirkan, rizki dari Allah tetap akan berjalan. Bahkan semakin melimpah saat patuh dan taat pada hukum Allah. Sebagaimana yang Allah janjikan dalam ayat cinta-Nya berikut ini.Al-Qur’an surat An-Nuur 55
.
وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا مِنۡكُمۡ وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَـيَسۡتَخۡلِفَـنَّهُمفِى الۡاَرۡضِ كَمَا اسۡتَخۡلَفَ الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِهِمۡۖ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمۡ دِيۡنَهُمُ الَّذِى ارۡتَضٰى لَهُمۡ وَلَـيُبَدِّلَــنَّهُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ خَوۡفِهِمۡ اَمۡنًا ؕ يَعۡبُدُوۡنَنِىۡ لَا يُشۡرِكُوۡنَ بِىۡ شَيۡــًٔــا ؕ وَمَنۡ كَفَرَ بَعۡدَ ذٰ لِكَ فَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الۡفٰسِقُوۡنَ
Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh, akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh, Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun. Tetapi barangsiapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
Maka benarlah, jika kita bertakwa kembali pada hukum Allah. Kita diberikan kesejahteraan sebagaimana yang Dia janjikan di banyak ayatnya. Insya Allah.
Wallahu a’lam bi assowab.***
Guru Pegiat Literasi Islam Kota Medan
Eksplorasi konten lain dari Riaunews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.