Selasa, 15 Oktober 2024

Meniru Sistem Pendidikan Finlandia

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 
Credit Photo: https://bit.ly/riaunews

Oleh: Winda Febriana

Dilansir dari worldtop20.org 2023, berdasarkan rangking database pendidikan internasional, Indonesia diposisikan pada urutan ke- 67 dari 203 negara lainnya, sementara Finlandia yang digadang-gadang sebagai salah satu negara dengan sistem pendidikan terbaik, berada di posisi ke- 7. Artinya, tak salah bila Indonesia belajar banyak dari kesuksesan Finlandia.

Secara proses dapat dilihat dari hasil ujian internasional Program Penilaian Pelajar Internasional (PISA) 2000 ketika Finlandia mendapatkan perhatian khusus karena remaja mereka berhasil menempati peringkat pertama di literasi membaca, keempat di matematika, dan ketiga di ilmu alam

Tahap awal dalam proses sistem pendidikan di Finlandia diawali dengan pendidikan pra-sekolah atau disebut dengan Early childhood education and care (ECEC) dan institusi penyelenggaraannya disebut daycare center.

Pendidikan pra-sekolah ini di peruntukkan untuk anak berusia 0-6 tahun dan itu tidak wajib, bagi orang tua yang berkenan saja untuk memasukkan anaknya ke pendidikan pra-sekolah saja. Untuk kegiatannya pihak sekolah membagi menjadi dua kelas untuk anak usia di atas dua tahun dan kelas untuk anak usia di bawah dua tahun.

Untuk anak usia di bawah dua tahun mereka di dampingi orang tua mereka ataupun asisten dan untuk kegiatan di dalam kelas mereka bisa memilih sendiri, kegiatan itu sendiri seperti main ataupun untuk menstimulasi motorik pada anak. Sedangkan untuk anak usia dua tahun keatas itu mereka tidak lagi di dampingi orang tua mereka melainkan akan di atur oleh guru yang mengajar didalam kelas.

Daycare center ini sama dengan PAUD dan TK di Indonesia.

Lalu selanjutnya ada Pre-primary Education atau pre-school, ini bersifat wajib dan gratis untuk anak yang sudah mencapai usia enam tahun. Pre-primary ini berlangsung selama satu tahun sebelum memasuki ke tingkat Primary school.

Di tingkat ini mereka diperkenalkan dengan pelajaran seperti matematika dan bahasa, tetapi mereka belajar hanya melalui permainan dan proyek saja, tidak benar benar belajar. Mereka hanya diperkenalkan dengan pelajaran yang akan ditemui di Primay school nanti dan waktu belajar mereka hanya 4 jam dalam sehari.

Setelah mengikuti Pre-primary Education maka siswa akan melanjutkan ke jenjang Basic Education (Primary + Lower Secondary School), diperuntukkan untuk anak usia 7-16 tahun.

Basic Education di sini termasuk SD dan SMP selama sembilan tahun dan bersifat wajib dan tentunya gratis.

Untuk Primary School  ini diperuntukkan untuk anak berusia 7-13 tahun. Jumlah pelajaran mereka juga sedikit dan biasanya hanya menghabiskan waktu di sekolah selama 5 jam sehari.

Setelah mereka lulus dari Primary School  mereka melanjutkan ke Lower Secondary School, diperuntukkan untuk anak umur 14-16 tahun. Pada level ini anak-anak diperbolehkan memilih pelajaran sesuai minat mereka sendiri tetapi mereka juga belajar pelajaran wajib, sisanya mereka dibebaskan untuk memilih.

Upper Secondary School (General and Vocational), diperuntukkan untuk anak usia 17-19 tahun dan dibagi menjadi dua sistem yaitu General High School dan Vocational High School, di Indonesia bisa di sebut juga SMA dan SMK.

Untuk General High School sistem pelajaran mereka sama dengan Lower Secondary School, mereka bisa memilih pelajaran yang mereka mau dan bisa disesuaikan dengan kemampuan mereka.

Setelah tiga tahun poses belajar mereka akan mengikuti ujian Matrikulasi sama seperti ujian Nasional di Indonesia, tetapi pelajaran yang diuji pada ujian Matrikulasi ini hanya mata pelajaran yang mereka pilih selama di SMA bukan mata pelajaran wajib.

Lalu untuk Vocational High School mereka memiliki sepuluh bidang studi dan mereka diajarkan pelajaran yang praktik seperti pertanian, musik dll. Dan di akhir masa belajar mereka, mereka akan mendapatkan Vocational Cualivication yang berguna untuk mereka lanjut ke dunia pekerjaan ataupun perkuliahan.

Higher Education (Bachelor, Master, and Doctoral), pada jenjang ini sama seperti perguruan tinggi di Indonesia. Semua biaya kuliah gratis tetapi untuk melakukan riset tertentu itu menggunkan biaya sendiri.

Mereka di wajibkan untuk mengambil Bachelor degrees (3 tahun) dan Master degrees (2 tahun), dan untuk bidang pendidikan itu diwajibkan sampai ke jenjang Master degrees.

Sedangkan untuk jurusan jurusan di Universities Of Applied Sciences setelah mereka lulus dari Bachelor Degree diwajibkan untuk bekerja selama tiga tahun dan melanjutkan lagi ke jenjang Master degrees dan Doctoral Degrees.

Untuk jenjang Doctoral Degrees itu mereka tidak dianggap sebagai mahasiswa, tetapi lebih seperti pegawai yang sedang melakukan penelitian untuk mendapatkan gelar Doctor.

Sistem pendidikan Finlandia menghargai kompetensi siswa dan memastikan bahwa siswa mencapai keterampilan akademik dan hidup terbaik. Finlandia juga menetapkan bahwa pembelajaran dan pendidikan seumur hidup dapat dilanjutkan pada usia berapa pun.

Level guru Finlandia sangat tinggi, dan sebelum mengajar guru Finlandia harus memiliki gelar master untuk menjadi guru yang profesional dan berkualitas. Dan itu mempengaruhi siswa yang mendapatkan pembelajaran tersebut.

Itu sebabnya mengajar sangat dihargai, memiliki fasilitas dan pelatihan, dan dibayar dengan baik oleh pemerintah.

Biaya pendidikan di Finlandia gratis dari pra-sekolah hingga perguruan tinggi. Pemerintah juga memberikan makan siang, makanan ringan, transportasi dari rumah ke sekolah dan sebaliknya. Kesehatan medis, gigi, dan semua bahan yang dibutuhkan untuk sekolah.

Dan, di Finlandia sangat jarang di temukan sekolah-sekolah swasta, kebanyakan semua sekolah di sana di biayai oleh Pemerintah. Tetapi untuk WNA yang bersekolah di Finlandia itu di kenakan biaya tergantung sekolah itu sendiri.

Kunci keberhasilan pendidikan di Finlandia terletak pada satu faktor mendasar: ketika konsep pendidikan di Finlandia berfokus pada proses yang menyenangkan dan membahagiakan, maka membuat para siswa di sana merasa senang dan nyaman dalam proses pembelajaran. Maka dari itupun siswa mencapai hasil yang maksimal.

Hal ini sesuai dengan apa yang ditulis oleh Timothy D. Walker dalam bukunya Teach Like Finland.  ”Menestyäksesi sinun on oltava onnellinen. Onni itsessään ei ole menestymisen tulos. Toisin sanoen avain menestykseen on olla ensin onnellinen”. Untuk menjadi sukses Anda harus bahagia. Kebahagiaan itu sendiri bukanlah hasil dari kesuksesan. Dengan kata lain, kunci sukses adalah bahagia terlebih dahulu.

Tak dipungkiri juga bahwa Finlandia termasuk negara paling bahagia di seluruh dunia, yang menduduki peringkat pertama berturut-turut selama 5 tahun dari 2018 hingga sekarang.

Perbedaan sistem pendidikan Finlandia dengan Indonesia

Jam pembelajaran di Finlandia lebih singkat dari Indonesia. Siswa di Finlandia menghabiskan waktu di kelas hanya 4-5 jam perhari dengan waktu istirahat selama 15 menit setelah 45 menit belajar.

Di sana juga tidak menerapkan adanya pekerjaan rumah, dan mereka tidak melakukan tes setiap masuk sekolah, mereka hanya ada satu tes yang wajib diikuti oleh pelajar, saat itu mereka berusia 16 tahun. Dan, Finlandia tidak menetapkan kesenjangan antara murid pintar dan murid tidak pintar.

Sementara di Indonesia, di sekolah kita menghabiskan waktu yang cukup lama, mulai masuk dari jam 7 hingga jam 3 sore. Lalu pekerjaan rumah tentu selalu ada di setiap sekolah, dari semua mata pelajaran. Dan setiap masuk sekolah kita selalu melakukan tes, dari mau masuk TK, SD, SMP, SMA dan kuliah.

Di Indonesia kesenjangan begitu terlalu banyak misalnya anak yang pintar akan berada di kelas A dan yang kurang pintar di kelas F.

Apakah mungkin kita bisa mengikuti sistem pendidikan di Finlandia? Mungkin saja, jika pola pikir kita berubah tentang masalah pendidikan.

Di Indonesia masih banyak yang masih belum menerapkan bahwa pendidikan itu sangat penting untuk masa depan. Dan semangat belajar pada pelajar indonesia juga masih belum meningkat, masih banyak pelajar yang malas-malasan untuk belajar, apalagi di desa-desa pelosok, yang banyak sekali keterbatasannya.

Hal yang paling utama kita ubah yaitu mindset, pola pikir kita yang harus kita ubah, motivasi untuk belajar. Jika pola pikir kita sudah berubah tentang pendidikan, tentu kita akan semangat belajar karena kita mempunyai motivasi untuk masa depan kita ke depannya.

Tentunya ini perlu dukungan penuh dari pemerintah dalam hal memfasilitasi dunia pendidikan dan pengajar di sekolah. Diharapkan pemerintah untuk lebih meningkatkan lagi fasilitas-fasilitas pada sekolah, serta lebih mendukung penuh para pengajar, seperti memberikan fasilitas dan pendapatan yang lebih baik lagi.***

Penulis Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi
 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *