Oleh: Azzumar Nazif
Akhir pemerintahan orde baru berkuasa tahun 1998 hingga dekade awal 2000-an adalah puncak kejayaan bus-bus AKAP trayek Sumbar-Riau. Sekarang hampir tidak ada lagi perusahaan otobus (PO) yang sanggup beroperasi melayani rute tersebut. Satu satunya yang tersisa mungkin PO Yanti Grup yang melayani rute Bukittinggi – Duri/Dumai via Petapahan. Itupun isinya kebanyakan paket daripada penumpang.
Masa masa kejayaan Bus AKAP Sumbar – Riau itu dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor perdagangan grosiran di Pasar Aur Kuning Bukittinggi. Sebelum adanya ekspedisi murah dari Pulau Jawa, rata rata pedagang tekstil di Riau memasok barang dagangan dari Aur Kuning Bukittinggi itu.
Begitupula dunia pendidikan, ikut berkonstribusi menggerakkan sektor jasa transportasi AKAP. Banyak anak anak muda Riau memilih melanjutkan pendidikan ke Sumatera Barat seperti STM di Bukittinggi atau kota Padang. Pondok pondok pesantren yang bertebaran di berbagai kota hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Kala itu kualitas pendidikan di Riau dianggap masih kalah saing dengan kualitas pendidikan di Sumatera Barat.
Maka eksodus lah anak anak muda Riau di seantero Sumatera Barat. Mereka pasti punya romantika masing masing selama menggunakan jasa transportasi AKAP bahkan banyak yang kemudian menemukan tambatan hatinya di atas bus AKAP ππ
Bila di pulau Jawa sana, Bus Bus AKAP akan timpang sebelah jika musim mudik tiba, artinya arus dari Barat (Jabodetabek) akan penuh sesak sementara arah dari timur (kota kota Jawa tengah dan Jawa timur) sepi. Begitu pula sebaliknya jika arus balik, bus dari timur yang sesak dan dari arah barat akan kosong. Maka untuk itulah pemerintah mengeluarkan aturan toeslag yaitu mengenakan biaya tambahan kepada penumpang sebagai kompensasi timpang sebelah tersebut.
Namun untuk rute Sumbar – Riau ini, arus dari kedua arah akan sama padatnya… Dari arah timur (Riau dan sekitarnya) disesaki oleh para perantau yang mudik, dari Arah Barat yang dipenuhi oleh pelajar dan mahasiswa asal Riau pulang kampung. Tapi tetap juga penumpang dikenakan toeslag lebaran…. ππ
Setelah order baru tumbang dan rezim reformasi bergerak, industri otomotif dan jasa pembiayaan ikut berkembang. Dimulailah era murah dan mudahnya masyarakat mendapatkan fasilitas kredit kepemilikan kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat. Hal ini imbas dari dibukanya keran investasi industri otomotif dari Jepang. Kemudahan kredit tadi tak bisa dibendung.
Meredupnya Pamor Bus AKAP dimulai dari mulai diberinya izin trayek travel Sumbar – Riau yang menggunakan minibus L300. Para Pelajar dan mahasiswa mulai beralih ke jasa travel yang memberikan kecepatan dalam perjalanan dan diantar sampai di pintu rumah ππ.
Bila naik bus AKAP yang menempuh perjalanan Padang – Pekanbaru selama 7-8 jam, maka travel hanya membutuhkan waktu 5-6 jam saja, bahkan ada juga travel maut yang mampu menempuh perjalanan 4 jam saja. Tak jarang masa itu sering sekali tersiar berita kecelakaan travel…. Ngeeeri tapi banyak juga yang ketagihan bahkan tak jarang kencing di celana selama perjalanan ππ
Akhirnya tradisi mudik pun ikut bergeser. Pada awal tahun 2000-an itu Bus AKAP Sumbar – Riau tidak lagi menjadi primadona saat mudik, orang orang lebih memilih pulang kampung naik sepeda motor, travel atau rental mobil. Alasannya lebih praktis dan efisien.
Lintas Sumbar – Riau pun sudah tidak lagi berkelok kelok dan memabukkan. Semenjak PLTA Koto Panjang dibangun, pembangunan jalan Sumbar – Riau pun dibenahi, makin banyak jalur yang dipangkas sehingga jarak tempuh pun makin pendek. Praktis omset pengamen, pencopet dan calo di terminal semakin berkurang ππ
Sumbar mendapat berkahnya, meski kemacetan terjadi di banyak titik. Arus mudik tidak lagi dominasi perantau tapi dikuasai para traveler (pelancong). Tidak saja hotel yang full booked, tapi juga halaman mesjid musholla dan SPBU π Pariwisata Sumbar memang jadi magnet betul bagi warga Riau, semua tempat wisata hampir dikuasai kendaraan berplat BM sungguh luar biasah….
Akhir akhir ini homestay terus menjamur dengan beragam kelas dan fasilitas, tempat wisata teruus bertambah tiap tahun, entah itu wisata alam atau wisata buatan semisal waterpark. Yang dinikmati tidak saja tempat wisata tapi banyak juga yang cuma ingin merasakan serunya macet dan kelelahan selama libur lebaran sambil share foto selfie dan rekaman video perjalanan… Sensasi yang asing…. π€
Jalan tol Padang – Pekanbaru masih belum terwujud, baru seksi Pekanbaru – Bangkinang yang sudah terealisasi. Kemungkinan tahun depan seksi Bangkinang – Pangkalan yang mungkin dicapai. Jika tol itu selesai 100 persen, semua seksi terkoneksi bisa jadi trend mudik warga Riau ke Sumatera Barat ikut berubah. Mungkin saja arus mudik dan arus pelancongan akan dilakukan balik hari. One day touring. Apa dampaknya bagi sumatera barat khususnya pemilik hotel wisma dan homestay??? Wallahua’lam…***
–PKU070522–
Tulisan ini telah dipublikasikan pertama kali di laman Facebook Azzumar Nazif RangPisang
Eksplorasi konten lain dari Riaunews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.