Jumat, 29 Maret 2024

Negara Bertanggung Jawab Atas Rendahnya Mental Health Rakyat

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 
Resmi Juwita

Oleh Resmi Juwita

Kasus bunuh diri menjadi cermin terganggunya kesehatan dan mental masyarakat dengan pelaku berbagai usia. Hal ini nyata menunjukkan adanya gangguan pada mental masyarakat.

Seperti yang terjadi pada seorang mahasisiwi universitas Indonesia di sebuah apartemen kawasan kebayoran baru. Jakarta selatan. Korban diduga bunuh diri dengan melompat dari lantai 18 apartemen tersebut pada hari Rabu (8/3/2023) sekitar pukul 23.45wib. (kompas.com)

Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Kebayoran Baru Komisaris Tribuana Roseno mengatakan, MPD sempat meninggalkan pesan sebelum diduga bunuh diri dengan lompat dari apartemen. Pesan itu berisi permintaan maaf kepada keluarga dan teman-temannya.

Di tempat yang lain di lokasi, dan daerah yang berbeda, juga terdapat kasus yang sama, seorang anak laki-laki berumur 38tahun, juga di temukan tergantung didalam rumahnya oleh ibu nya sendiri. Dilansir dari BANTUl Warga Dusun Wirokerten RT 02 Kelurahan Wirokerten Kapanewon, Banguntapan, Bantul, Kamis (9/3/2023) petang mendadak geger. Mereka menemukan NS, lelaki berumur 38 tahun ditemukan gantung diri di dapur rumahnya. Dia ditemukan oleh ibunya, S (58) yang kebetulan mencari anaknya tersebut karena tidak kelihatan. “NS ditemukan di sudut dapur dengan posisi tergantung,” kata dia, Jumat (9/3/2023). Innalillah.

Miris memang, di sistem sekuler kapitalisme, saat ini, kebanyakan manusianya yang sudah tidak menggunakan akalnya sebelum berbuat, pemahaman yang mumpuni, tidak menjamin seseorang kuat dalam menghadapi ujian hidup, apalagi jauh dari sanak dan keluarga dan jauh dari agamanya sendiri. Akibatnya iman kita gampang goyah hanyut tergerus arus globalisasi. Sehingga mereka tidak mempunyai pegangan dalam menghadapi ujian hidup.

Ini baru beberapa kasus yang di angkat ke media, bagaimana di tempat yang lainnya, yang tidak diangkat ke media. Bahkan kasus seperti ini ada di sekitar kita.

Karena, di zaman sekarang manusia sudah tidak peduli lagi dengan dirinya sendiri. Ketika ada masalah melanda mereka pikir dengan bunuh diri semua masalah akan terselesaikan, mungkin masalah duniawi akan selesai sampai di hembusan nafas terkhir. Akan tetapi masalah yang jauh lebih besar sudah menunggu di yaumul kiyamah.

Apakah tidak terpikirkan akan ada kehidupan setelah kematian?

Insiden bunuh diri di Indonesia bisa empat kali lebih tinggi dari data resmi, menurut penelitian terbaru. Apa imbasnya?

Jelas, ada banyak faktor yang mempengaruhi, mulai dari minim akidah dan keimanan dalam diri manusianya. Ditambah lagi sedikitnya jam pelajaran agama di sekolah, sehingga untuk membentengi diri dengan akidah yang kuat itu susah didapatkan, ditambah lagi kurikulum bermasalah, sehingga generasi menjadi generasi yang rapuh akidah dan pola pikirnya. Akhirnya nekat untuk melakukan hal-hal yang dilaknat Allah.

Ditambah lagi dalam keluarga, lingkungan, budaya, sangat menentukan kualitas kesehatan mental emosional seseorang dalam mengahadapi setiap permasalahan yang ada.

Inilah buah dari sistem sekuler kapitalisme, memisahkan agama dari kehidupan, memisahkan agama dari negara. Semua mengerucut pada buruknya sistem dan penguasa yang abai terhadap rakyatnya.

Islam hadirkan solusi hakiki

Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengatur urusan manusia dengan Rabb-nya, sesama dan dirinya sendiri.

Dalam sejarahnya, agama selalu menjadi solusi terhadap problem kehidupan masyarakat. Demikian pula, Islam dibawa oleh Nabi terakhir, yaitu Muhammad SAW, untuk menyelesaikan persoalan kemanusiaan yang sedemikian bobroknya yang disebut sebagai zaman jahiliyah.

Pada zaman itu, masyarakat Arab suku Quraisy disebut dalam sejarah mengalami kerusakan moral yang amat parah, baik dalam kehidupan keagamaan, sosial, politik, moral, dan lain-lain.

Dan, Islam datang untuk merubah pemikiran umat yang tadinya jahilyah menjadi pemikiran yang mustanir, Peradaban terkemuka pada masa berdirinya Daulah Islamiyah. Tidak di pungkiri lagi umat dan generasi mudanya menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan Islam, dan generasi muda yang Robbani.

Mendapatkan pendidikan karakter, dan pembinaan akidah dari para sahabat yang telah lebih dulu mempelajari Islam. Dan juga seorang pemuda itu bukan saja lulus ujian di kampus tetapi juga harus lulus dalam ujian kehidupan.

Pemuda yang dikabarkan dalam Al-Quran selalu positif dan pemuda seharusnya harus bersyukur karena telah diberi nikmat berupa kesempatan ibadah, mencari ilmu, dan masih berstatus lajang.

Mengutip Al-Quran Surah Ar-Rum ayat 54, yang artinya “Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptkan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Maha Kuasa”.

Adapun dalam kutipan yang lain, menurut Al-Quran Surah Ali ‘Imran ayat 110 yang artinya “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang yang fasik.”

Dan sekarang sepertinya zaman jahiliyah kembali terulang, tapi dengan versi yang berbeda.

Kini saatnya kita berjuang memberantas pemikiran generasi yang rusak saat ini. Kita tidak ingin jahiliyah modren terus menggerogoti pemikiran umat, saatnya kita berjuang untuk membina dan mendidik para generasi dengan pemahaman Islam kaffah, berat memang iya, tapi yakinlah Allah bersama kita.

Karena Islam memandang manusia secara utuh dan menyeluruh, karena itu pembangunan manusia tidak hanya aspek fisik namun juga mental, dan menjadikan akidah Islam sebagai asas sehingga menghasilkan manusia yang tangguh, sabar dan Ikhlas dalam menjalani kehidupan ini.

Karena generasi yang tangguh dan mustanir tidak akan goyah walau diterpa berbagai cobaan dan yakin akan ada hari pembalasan. Sehingga ada rasa takut untuk berbuat kemaksiatan.

Di sisi lain negara juga menjamin kehidupan masyarakat sehingga mengurangi adanya tekanan yang bisa membuat manusia nekat untuk melakukan atau mendzolimi diri sendiri. Mari kita berjuang bersama untuk melanjutkan kehidupan Islam, agar aturan-aturan Islam bisa diterapkan secara menyeluruh diseluruh penjuru Dunia.

Wallahu alam bisshowab.

 

Penulis pegiat literasi Islam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *