Opini  

Paradoks Penanganan Covid: Mudik Dilarang, WNA India Selamat Datang

Ratusan WN India diketahui masuk ke Indonesia di tengah gelombang covid-19 yang kembali menerjang negara tersebut.

Oleh : Alfiah, S.Si

Kasus Covid-19 India kembali mengalami lonjakan serta diperburuk oleh kekurangan oksigen medis yang kritis. Jumlah kasus Covid-19 harian di India mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya secara internasional untuk hari kedua berturut-turut. Sekitar 332.730 kasus baru Covid-19 tercatat pada Jumat, (23/4/2021), bersama dengan 2.263 kematian (tribunbatam.id).

Lonjakan kasus tersebut sebagian dikaitkan dengan varian baru virus corona yang menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) pertama kali terdeteksi di India musim gugur lalu, seperti yang dilansir dari CBC pada Jumat (23/4/2021). Varian baru virus corona itu, oleh WHO diberi nama B.1.617 atau disebut juga “mutan ganda”. Sejauh ini data masih terbatas, apakah mutasi ini lebih menular atau mematikan (kompas.com).

Dr Cora Constantinescu dari Rumah Sakit Anak Alberta di Calgary mengatakan B.1.617 tersebut tampaknya lebih dapat ditularkan setidaknya sekitar 20 persen. Pada Maret, Kementerian Kesehatan melaporkan bahwa B.1.6.1.7 ditemukan 15-20 persen pada sampel yang diurutkan dari negara bagian Maharashtra yang terpukul keras oleh Covid-19, yang menyumbang lebih dari 60 persen dari semua kasus aktif di India.

Sementara, Dr Zain Chagla, seorang ahli penyakit menular dari McMaster University di Hamilton, Ontario, mengatakan kepada The Canadian Press bahwa faktor-faktor lain di India mungkin berkontribusi dalam penyebarannya yang cepat di sana. Faktor lain di luar varian baru virus corona, yang disebutkannya adalah kepadatan penduduk dan rumah multi generasi dengan ruangan berventilasi buruk yang banyak di India.

Ironisnya, ratusan WN India diketahui masuk ke Indonesia di tengah gelombang covid-19 yang kembali menerjang negara tersebut. Pelonggaran yang diberikan pemerintah terhadap Warga Negara Asing (WNA) dari India untuk memasuki wilayah Indonesia sungguh amat sangat menyayat hati. Seharusnya, kedatangan WNA dari luar wilayah Indonesia, khususnya India, tidak diperbolehkan sejak awal, seperti larangan pemerintah kepada masyarakat Indonesia agar tidak melakukan mudik Idul Fitri 1441 Hijriah.

Jangan sampai pelonggaran yang diberikan pemerintah terhadap masuknya WNA India semata-mata alasan ekonomi. Semestinya tsunami covid India menjadi pelajaran agar pemerintah mengambil kebijakan lebih komprehensif untuk menghentikan sebaran virus. Bukan kebijakan mendua yang seolah mengatasi virus seiring perbaikan ekonomi namun malah keduanya tidak segera teratasi, tetapi justru malah memperparah keduanya.

Seharusnya pemerintah menyadari bahwa penanganan virus corona bukan semata-mata problem teknis, namun problem sistemik. Maka, penyelesaiannya pun harus sistemik pula. Secara teknis solusi dalam mengatasi masalah wabah adalah dengan Isolasi/karantina, seperti dalam sabda Rasulullah SAW :

إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْض فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا

“Jika kalian mendengar wabah di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Jika terjadi wabah di tempat kalian berada, janganlah kalian keluar dari wilayah itu.” (HR al-Bukhari).

Tindakan isolasi/karantina atas wilayah yang terkena wabah tentu dimaksudkan agar wabah tidak meluas ke daerah lain. Pada realitasnya, isolasi atau karantina tidak dilakukan pemerintah sejak awa. Pemerintah justru memberikan pelonggaran terhadap masuknya WNA padahal di negaranya sedang terjangkit wabah. Sehingga wajar sampai hari ini memasuki tahun ke 2 wabah sudah menyebar tak terkendali ke seluruh provinsi.

Padahal pemerintah seharusnya bisa melakukan isolasi dengan melihat pergerakan virus di setiap daerah. Inilah fungsi dari penetapan zona. Agar bisa ditentukan penanganan yang tepat. Mana yang harus isolasi, dan mana yang tidak harus isolasi.

Selain itu, penguasa juga wajib untuk mensuplai berbagai kebutuhan untuk daerah yang diisolasi. Tindakan cepat isolasi/karantina cukup dilakukan di daerah terjangkit saja.

Daerah lain yang tidak terjangkit bisa tetap berjalan normal dan tetap produktif. Daerah-daerah produktif itu bisa menopang daerah yang terjangkit baik dalam pemenuhan kebutuhan maupun penanggulangan wabah. Dengan begitu perekonomian secara keseluruhan tidak terdampak.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *