Oleh Ina Ariani, aktivis muslimah Pekanbaru
Negara Indonesia baru saja memperingati hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 2023 lalu, kenapa di peringati? Sebab, kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari peran pemuda. Pemuda menjadi ujung tombak lepasnya penjajahan fisik di Indonesia.
Saat ini peranan pemuda masih belum bisa tergantikan dengan apapun jua dalam membangun sebuah peradaban. Coba ingat waktu era reformasi, pemuda memiliki peranan penting dalam transisi era dari era orde baru ke reformasi. Pada saat ini pun pemuda masih menjadi target utama dalam perubahan.
Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung berharap peringatan ke-95 Hari Sumpah Pemuda (HSP) Tahun 2023 dapat menjadi momentum untuk meningkatkan persatuan para pemuda untuk memajukan Indonesia. “Bersatu Memajukan Indonesia”. Berharap pemuda mau bekerja keras demi mewujudkan cita-cita besar menjadi Indonesia maju.
Dilansir dari situs resmi Sedkab, ia mengatakan “Perkembangan teknologi yang serba instan, jangan sampai menjadikan generasi muda menjadi generasi yang instan. Mereka harus ditempa dengan kerja keras, sesuai keadaan dan waktu akan menjadi pengalaman yang berharga.”
“Pemuda sebagai pilar-pilar masa depan bangsa. Semoga semangat Sumpah Pemuda kali ini memajukan bangsa dan negara, menempah para pemuda menjadi pemuda yang tangguh untuk membangun bangsa dan negara,” tandasnya.
Peringatan sumpah pemuda seharusnya menjadi refleksi peran pemuda hari ini untuk memajukan bangsa di tengah berbagai program pembajakan potensi pemuda dalam berbagai bidang. Di sisi lain, sistem hari ini melahirkan pemuda yang berpikir pragmatis individualistis.
Coba kita lihat ternyata usia produktif berdasarkan data BPS sejak tahun 2012 sampai 2035, Indonesia masuk dalam masa bonus demografi sebanyak 190,98 juta jiwa (69,25% ) yang masuk kategori usia produktif (usia 15-64 tahun) dan di antaranya adalah pemuda. Sehingga negara patut waspada dan bergembira.
Bahaya dan Potensi
Bonus demografi yang dimiliki Indonesia akan menjadi tanda peringatan bahaya dan potensi. Sebab, jika dilihat besarnya jumlah penduduk ternyata membawa pengaruh tersendiri bagi sebuah bangsa. Apakah dengan banyaknya jumlah akan membawa perubahan secara signifikan atau malah sebaliknya.
Apalagi jika dilihat dari sistem yang diterapkan ikut andil dalam membentuk karakter para pemuda. Sehingga rotasi pemuda menjadi sesuatu yang harus diperhatikan. Saat ini pemuda jauh dari harapan umat karena pengaruh sistem kapitalisme sehingga menjadikan mereka hedonis, apatis serta individualis.
Pemuda dalam lingkaran kapitalis sekuler
Masalah yang dihadapi pemuda saat ini semangkin kompleks, akibat penerapan sistem kapitalis sekuler. Pemuda ogah-ogahan, bahkan menghidarkan dirinya dari permasalahan umat. Sifat egois yang ditanamkan oleh sistem kapitalisme begitu menjangkiti pemuda sehingga akhirnya mereka acuh dengan masalah umat.
Pemuda sibuk dengan urusan pribadinya seperti biaya pendidikan, tingginya harga bahan pokok dan akhirnya mereka hanya sibuk mencari kerja untuk menghidupi diri dan keluarga. Kapitalisme melengkapi para pemuda dengan sifat konsumerisme melalui invasi budaya. Sehingga industri fashion pun menjamur itulah lambang kapitalis yang dipuja-puja.
Akhirnya barat menjadi rol model pemuda negeri ini, yang menjadi siklus keinginan yang tiada putus. Inilah bukti keberhasilan sistem kapitalisme menjadikan pemuda hanya berkutat pada siklus itu semata. Akhirnya terbentuklah jurang pemisah antara pemuda dan umat, membuat egoisme pemuda terhadap umat semakin tinggi.
Islam memperhatikan peran pemuda dan mengarahkan negara untuk membangun pemuda menjadi generasi pembangun peradaban mulia yang berkepribadian Islam, orientasi hidup jauh ke depan, bukan hanya duniawi semata.
Potensi Pemuda dalam Islam
Sejarah Islam mencatat pemuda adalah tonggak peradaban, melakukan perbaikan keseluruh penjuru dunia. Mengangkat derajat kaum muslimin dari jahiliyah menuju kegemilangan Islam.
Islam dengan kegemilangan Islam melahirkan sosok seperti Usama bin Zaid (18 tahun), ia ditunjuk langsung oleh Rasulullah Saw. sebagai panglima perang untuk memimpin ekspedisi kemiliteran dalam menghadapi Bizantium Romawi dalam memulai penaklukkan terhadap Suriah.
Rumah Al Arqam bin Abil Arqam (16 tahun), jadikan sebagai markas dakwah Rasul Shallallahu’alahi wasallam selama 13 tahun berturut-turut.
Penakhlukan konstantinpel dilakukan oleh Muhammad Al-Fatih (21 tahun) dan ia sebagai panglima perang nya. Selain dari mereka masih banyak lagi sosok pemuda tangguh yang menorehkan tinta emas peradaban Islam. Hari ini adakah sosok-sosok pemuda yang dapat mengukirkan tinta emas peradaban Islam selanjutnya?
Oleh sebab itu yuk, pemuda harus menjadi agen perubahan sejati, melanjutkan kembali peradaban emas yang hilang yakni Islam. Sebagai pemuda muslim, kita bertanggung jawab atas peradaban Islam. Bangkit dan sambutlah seruan untuk mengembalikan Islam pada tempatnya. Jadilah seperti pemuda-pemuda di masa lalu yang dengan gagah berani menyambut seruan Allah dan Rasul-Nya dalam mengembalikan kejayaan Islam. Allahu Akbar.