Sabtu, 20 April 2024

Rezim Tak Punya Sense of Crisis: Tebar Pesona di Tengah Duka

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 
Balio Puan Maharani bertebaran di desa terdampak letusan Gunung Semeru. (Foto: CNN Indonesia)

Oleh : Alfiah, S.Si

Ada-ada saja ulah para petinggi rezim negeri ini. Pilpres masih lama lagi tapi sudah tebar pesona ke sana dan kemari. Bak artis atau pahlawan tanpa pamrih hujan deras pun diterobos demi pencitraan diri. Entah rakyat yang mau diambil simpati atau korporat yang akan diambil hati demi memuluskan kontestasi yang berbiaya tinggi. Yang jelas no free lunch (tidak ada makan siang yang gratis).

Lihat saja pengemudi ojek online dan ojek pangkalan dari Tangerang Raya, Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi, yang tergabung dalam Jack Etho mendeklarasikan dukungan kepada Menteri BUMN Erick Thohir untuk maju menjadi calon presiden pada 2024.

Saya tidak tahu apakah memang pengemudi ojek ini yang benar-benar tulus meminta Erick menjadi presiden, atau Erick Thohir yang meminta pengemudi ojek dan pangkalan untuk mendukungnya. Ah … sudahlah yang jelas tak ada asap kalau tidak ada api.

Bukan hanya Pak Menteri yang tebar pesona ke sana dan kemari. Ternyata Bu Ketua DPR dan Pak Gubernur juga tak kalah menebar pesona. Bendera dengan warna dasar merah menampilkan Ganjar Pranowo dan Puan maharani berkibar gagah di langit Surabaya. Bendera berfoto kedua elite PDIP itu dipasang oleh DPD Laskar Ganjar Puan (LGP) Jawa Timur. Bendara Ganjar-Puan yang berkibar itu berukuran 50 x 40 cm.

Bendera merah itu banyak ditemukan di flyover Pasar Kembang hingga kawasan Jembatan Merah Plaza.

Founder lembaga survei KedaiKOPI Hendri Satrio menilai bendera bergambar Ganjar-Puan di Surabaya adalah jawaban atas kekhawatiran bahwa internal PDIP pecah. Ganjar dan Puan diketahui sama-sama digadang bakal maju di Pilpres 2024.

Menurut Hendri ‘duet’ Ganjar-Puan itu sebagai langkah yang berani. Sebab, menurutnya, pendukung Puan belum tentu mau jagoannya berpasangan dengan Ganjar. Pria yang kerap disapa Hensat itu menuturkan PDIP memang bisa mengusung pasangan capres-cawapres sendiri, tanpa berkoalisi dengan partai lain. Namun, sebut Hensat, hasilnya tak akan baik buat PDIP.

Hensat beranggapan pasangan Ganjar-Puan bukanlah jawaban atas prinsip keberagaman PDIP. Dia lalu mencontohkan kekalahan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meski diusung oleh sejumlah partai agamis dan nasionalis.

Ah .. tidak peduli mau bakal kalah atau menang. Atau foto pencalonan ini sekedar untuk membuat PDIP tidak terpecah. Namun yang jelas rakyat sudah eneg dengan sandiwara yang dilakonkan oleh mereka yang haus akan kepemimpinan. Rakyat yang cerdas tentu bisa merasakan betapa menderitanya dipimpin oleh partai yang dulu mengatasnamakan ‘wong cilik’.

Lain lagi dengan sejumlah warga Blora, Jawa Tengah, yang tergabung dalam jaringan petani dan peternak yang mendukung Abdul Muhaimin Iskandar alias Cak Imin untuk menjadi calon presiden (capres) pada pemilihan umum 2024. Koordinator Jaringan Petani dan Peternak Blora Marjuanto mengatakan, pihaknya telah membulatkan tekad untuk mendukung Cak Imin sebagai capres mendatang.

Lagi- lagi, saya juga tak tahu apa memang para petani dan peternak yang tergabung dalam jaringan ini memang tulus mendukung Cak Imin, atau ah..sudahlah. Namun rasanya tidaklah pantas mereka tebar pesona di tengah duka. Di tengah wabah corona yang entah kapan reda, di tengah mahalnya minyak goreng yang perkebunan sawitnya banyak dikuasai aseng, di tengah polemik pindah ibu kota negara padahal utang negara kian merajalela, di tengah tingginya angka kemiskinan dan pengangguran, di tengah buruh yang menuntut keadilan, di tengah nasib honorer yang kian horor.

Pahamkah mereka bahwa kepemimpinan terhadap rakyat adalah amanah yang sangat berat? Tahukah mereka bahwa pertanggungjawabannya tidak hanya di dunia namun kelak di akhirat? Kepemimpinan yang mereka minta adalah kepemimpinan yang seandainya dipikul oleh gunung-gunung maka akan hancur. Seandainya dipikul oleh langit maka akan runtuh. Seandainya dipikul oleh bumi maja akan terbelah.

Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Ahzab (surat ke-33)  ayat 72, “Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh.”

Wallahu a’lam bi ash-shawab.***

 

Penulis pegiat literasi Islam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *