Minggu, 26 Januari 2025

SMS Bukan Sikap Seorang Muslim

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 

Oleh: Alfisyah Ummu Arifah, S.Pd

Pernahkah kita mendengar kata SMS. Senang melihat orang lain susah, dan susah melihat orang lain senang?Jika pernah, sesungguhnya itu bukan sikap seorang muslim yang sesungguhnya. Allah menyatakan jika itu sikap orang kafir.

Jadi, saat seorang muslim bersikap demikian itu bukanlah jati dirinya yang seharusnya. Bahkan jika itu dilakukan, akan menyebabkan ukhuwah islamiyah rusak antara sesama kaum muslimin. Dalam surat Ali imran 120 disebutkan gamblang sikap yang demikian. Namun bukan untuk seorang muslim. Allah menceritakannya sebagai sikap orang kafir. Mari simak ayat berikut ini.

اِنۡ تَمۡسَسۡكُمۡ حَسَنَةٌ تَسُؤۡهُمۡ وَاِنۡ تُصِبۡكُمۡ سَيِّئَةٌ يَّفۡرَحُوۡا بِهَا ‌ۚ وَاِنۡ تَصۡبِرُوۡا وَتَتَّقُوۡا لَا يَضُرُّكُمۡ كَيۡدُهُمۡ شَيۡـــًٔا ؕ اِنَّ اللّٰهَ بِمَا يَعۡمَلُوۡنَ مُحِيۡطٌ

Jika kamu memperoleh kebaikan, (niscaya) mereka bersedih hati, tetapi jika kamu tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, tipu daya mereka tidak akan menyusahkan kamu sedikit pun. Sungguh, Allah Maha Meliputi segala apa yang mereka kerjakan.

Jika mereka yang berhati dengki itu melihat kamu memperoleh kebaikan, kemenangan perang, rezeki yang melimpah, kesehatan dan kemuliaan, niscaya mereka bersedih hati. Bahkan hal tersebut membuat mereka marah, tetapi jika kamu tertimpa bencana, seperti sakit, kemiskinan atau kalah perang, maka mereka bergembira karenanya.

Allah memberi umat Islam tuntunan agar tetap bersabar dan bertakwa kepada Allah ketika menghadapi orang yang bersifat demikian.

Karena jika kamu bersabar tidak terbawa hawa nafsu untuk membalasnya dengan perbuatan jahat, dan bertakwa kepada Allah dengan tetap istikamah dalam bersabar. Maka tipu daya mereka tidak akan menyusahkan dan mendatangkan bahaya bagi kamu sedikit pun.

Sungguh, Allah Maha Meliputi segala apa yang mereka kerjakan dan Maha Mengetahui tipu daya yang mereka rahasiakan.

Selain dari sifat-sifat yang tersebut di atas yang menyebabkan timbulnya larangan bagi kaum Muslimin mengambil mereka sebagai teman setia.

Ayat ini disebutkan kembali sikap yang menggambarkan bagaimana jahatnya hati orang-orang kafir dan hebatnya sifat dengki yang bersemi dalam dada mereka.

Qatadah sahabat nabi menjelaskan dan berkata dalam menjelaskan firman Allah ini sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, “Apabila orang-orang kafir itu melihat persatuan yang kukuh di kalangan kaum Muslimin dan mereka memperoleh kemenangan atas musuh-musuh Islam. Mereka merasa dengki dan marah.

Tetapi bila terdapat perpecahan dan perselisihan di kalangan Muslimin dan mereka mendapat kelemahan dalam suatu pertempuran, mereka merasa senang dan bahagia.

Memang sudah menjadi sunnatullah, baik pada masa dahulu sampai masa sekarang dan masa yang akan datang sampai hari kiamat.

Bila timbul di kalangan orang kafir seorang cendekiawan sebagai penantang agama Islam, Allah tetap akan membukakan kebohongannya. Lalu melumpuhkan hujahnya dan memperlihatkan cela dan aibnya.

Karena itu Allah memerintahkan kepada umat Islam dalam menghadapi kelicikan dan niat jahat kaum kafir itu agar selalu bersifat sabar dan takwa serta tawakal kepada-Nya.

Dengan demikian kelicikan mereka itu tidak akan membahayakan sedikitpun. Allah Maha Mengetahui segala tindak tanduk mereka.

Oleh karena itu jika Allah membenci sikap mereka. Allah akan lebih membenci jika yang melakukan itu adalah sesama muslim. Karena sesama muslim itu bersaudara. Sebab sikap dengki dan hasad itu adalah merusak kaum muslimin. Merusak keimanan mereka sendiri.

Sukakah kalian jika saudara seakidah membenci kalian karena kalian mendapatkan kesenangan? Atau saudaramu menyukai kalian jika kalian dalam keadaan kesulitan?Tentu tidak bukan?

Justru jika kaum muslimin berbuat demikian. Itu adalah ciri hati yang mati. Hati yang penuh penyakit. Selayaknya dia bergembira saat saudaranya mendapatkan kebaikan, dan sedih saat saudaranya juga mengalami kesulitan.

Kaum muslimin itu satu tubuh. Pondasi persaudaraan seperti ini yang dibangunkan oleh Rasulullah agar tetap sesama muslim itu saling menyayangi.

Bagaimana jika kaum muslimin mengalami hati yang sakit dan mati seperti itu?

Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah menyatakan bahwa kita harus mengistirahatkan hati.

Bagaimana caranya mengistirahatkan hati? Caranya adalah dengan sering mengingat kematian, baik dengan ziarah kubur, dekat kepada orang yang sedang kesulitan dan selalu berzikir kepada Allah. Ini membuat hati direfresh ulang agar hati itu bersih dan bebas dari penyakit. Sebab itu akan menghantarkan pada hati yang tenang. Sebagaimana dalam surat Al fajar.

Wallahu a’lam bish-showaab.***

 

Penulis merupakan Guru dan Pegiat Literasi Islam

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *