Jakarta (Riaunews.com) – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim mengklaim Kurikulum Merdeka yang diperkenalkan pada Januari 2022 lalu bisa menciptakan kegiatan belajar menjadi lebih fleksibel. Beberapa opsi ditawarkan Nadiem dalam kurikulum ini.
Opsi pertama, sekolah akan diberikan kebebasan dalam menentukan kurikulum sesuai dengan kesiapannya masing-masing. Sekolah, kata dia, diperbolehkan tetap menggunakan kurikulum 2013 bila belum merasa nyaman melakukan perubahan.
“Tidak dipaksakan sama sekali, tidak perlu khawatir lagi bahwa seolah-seolah ganti menteri ganti kurikulum,” ujar Nadiem, sebagaimana dilansir CNNIndonesia, Ahad (13/2/2022).
Baca Juga:
- Tak Ada Lagi Jurusan IPA-IPS di SMA pada Kurikulum Merdeka ala Nadiem
- Ganti Kurikulum Lagi, Apakah Solusi?
- Guru khawatir tak bisa jalankan kurikulum ala Nadiem
Opsi kedua, Nadiem mengimbau sekolah yang ingin melakukan transformasi namun belum siap dengan perubahan besar, diperkenankan memilih kurikulum darurat.
Dan opsi terakhir, sekolah yang menginginkan dan siap dengan perubahan, diperbolehkan menggunakan kurikulum merdeka.
“Kurikulum ini adalah opsi, pilihan. Karena kita sudah sangat sukses dengan kurikulum darurat, kita menggunakan filsafat yang sama, ini pilihan bagi sekolah mengikuti pilihannya masing-masing,” tutur Nadiem.
Di sisi lain, Nadiem menilai kurikulum 2013 masih memiliki sejumlah kelemahan dalam penerapannya selama ini. Melalui Kurikulum Merdeka, kegiatan belajar mengajar dapat lebih fleksibel bagi satuan pendidikan.
“Pada saat ini kurikulum yang digunakan dalam skala nasional ada beberapa kelemahan yang sudah kita identifikasi. Sebenarnya ini bukan satu hal yang baru,” kata Nadiem.***