Jika Tak Direstui Megawati untuk Nyapres, Akankah Ganjar Pranowo Keluar dari PDIP?

Politikus PDIP Ganjar Pranowo
Politikus PDIP Ganjar Pranowo bersama Ketum Megawati Soekarnoputri.

Jakarta (Riaunews.com) – Nama Ganjar Pranowo saat ini mula digadang-gadang menjadi kandidat untuk maju dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Namun, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komaruddin menilai, Gubernur Jawa Tengah ini bisa saja terganjal restu dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk maju sebagai capres.

Ujang mengatakan, jika elektabilitas Ganjar Pranowo terus meningkat dan dirinya ternyata tidak mendapatkan restu dari Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri untuk maju dalam Pilpres 2024, bukan suatu yang mustahil jika nantinya Ganjar maju atau diusung parpol lain.

“Itu semuanya serba mungkin. Di politik itu selalu dinamis dan selalu cair. Biasanya partai-partai politik itu, partai manapun itu akan mencari sosok atau figur yang memiliki popularitas dan elektabilitas yang tinggi. Kedua, kalau bisa tidak berkasus atau relatif kasusnya sedikit sehingga minim diserang oleh lawan politik,” tuturnya, Jumat (4/12/2020).

Persoalan lain yang tidak kalah pelik adalah kemungkinan Ganjar bakal terganjal oleh restu Megawati. Ujang bahkan mengaku mendengar kabar Megawati kurang berkenan dengan meroketnya elektabilitas Ganjar.

“Kemarin saya dapat kabar dari orang dalam PDIP, dalam satu pertemuan dengan Megawati dan Ganjar, disitu ada Effendi Simbolon (politikus PDIP), dan ketika Ganjar masuk, Effendi Simbolon mengatakan, ‘ini calon presiden kita’. Lalu Megawati mukanya langsung merah. Artinya tidak berkenan dalam konteks itu,” tuturnya.

Ujang menilai, kejadian itu sudah bisa dijadikan sebagai indikasi bahwa Ganjar akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan restu politik dari Megawati Seokarnoputri sebagai pemegang kendali tertinggi di partai barlambang banteng moncong putih.

Apakah jika Ganjar nantinya nekad maju lewat kendaraan parpol lain justru menjadi blunder politik karena selama ini Ganjar dibesarkan partai banteng moncong putih?

“Itulah yang sulit. Tapi, saya melihat Ganjar lagi bergerak. Bukan hanya lagi meningkatkan elektabilitasnya, tapi bisa juga elektabilitasnya lagi dikatrol, bisa saja misalkan. Kita ini memahami psikologis lembaga survei,” ucapnya.

Ujang mengatakan, jika survei Ganjar selalu berada di posisi tertinggi di semua lembaga survei, lalu kemudian ketika dia maju lewat partai lain apakah tetap tinggi elektabilitasnya, hal ini masih menjadi pertanyaan.

“Tapi biasanya para politisi itu akan mengambil langkah di tikungan, di akhir-akhir, bermain di ujung,” urainya.

Pertemuan Ganjar dengan AHY, misalnya, hal itu juga bisa dimaknai sebagai upaya Ganjar dalam meningkatkan elektabilitas.

“Apalagi AHY kita tahu bagian dari parpol (Demokrat) yang tidak disukai PDIP, lawan politik PDIP, lalu ketemu. Itu sebenarnya menjadi hal yang complicated juga bagi Ganjar. Saya melihat Ganjar ini sedang mem-push elektabilitasnya hingga tinggi sehingga nanti partai manapun yang akan meminang, dia akan ambil, meskipun bukan PDIP. Bahwa nanti menang atau kalah, itu lain persoalan karena ini sifatnya politik, apapun bisa terjadi,” tuturnya.

Dikatakan Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini, dalam konteks Ganjar, kalau dia elektabilitasnya tinggi dan PDI Perjuangan ternyata tidak berkenan untuk mengusung karena ada Puan Maharani, bukan hal mustahil jika ada partai lain yang memberikan restu, Ganjar akan mengambilnya dengan berbagai konsekuensi politiknya.

“Karena ukuran dalam politik itu kan elektabilitas. Jadi kalau elektabilitas Ganjar tinggi, lalu PDIP tidak mencalonkan, lalu dia nganggur tidak dicalonkan buat apa? Itu logika sederhananya. Kalau nggak nyalon, paling ya (dapat jatah) menteri, tapi itu kan pemberian dari ketum partai,” tuturnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *