Jumat, 19 April 2024

Minim Ide, Gagasan dan Tak Berintelektual, PSI Berpotensi Makin Dibenci

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 
partai psi
Sejumlah pengurus DPP PSI.

Jakarta (Riaunews.com) – Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion, Dedi Kurnia Syah memprediksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang saat ini di bawah komando Giring Ganesha sebagai ketua umum, berpotensi menjadi partai paling dibenci oleh masyarakat.

Menurutnya, apa yang dilakukan Giring dan kawan-kawan berpeluang merusak reputasi demokrasi dan konsolidasi publik. Dia menilai PSI lebih banyak berorientasi pada perebutan simpatisan tanpa mempertimbangkan kualitas dalam cara memperolehnya.

“Ke depan, perlu diimbangi dengan mempromosikan gagasan dan ide politik yang lebih berimbas pada publik, tidak hanya menebar kontroversi,” tutur Dedi, sebagaimana dilansir CNNIndonesia.com, Senin (27/12/2021).

Kendati begitu, menurut Dedi, strategi PSI yang kerap menyerang Anies menggunakan Giring juga bagian dari desain mereka sejak awal. Giring yang sudah menjabat sebagai Pelaksana tugas (Plt) hingga akhirnya menjadi Ketum diibaratkan Dedi sebagai ‘tokoh sangkur’ dalam skenario tersebut.

“Rasanya itu sesuai dengan rencana, karena tidak mungkin Raja Juli Antoni bertindak sebagaimana yang dilakukan Giring, atau Grace Natalie pun terlalu mahal untuk dikorbankan reputasinya sebagai tokoh terbuka dan intelektual,” kata Dedi.

“Maka cara lain adalah menempatkan ketua umum yang dapat dijadikan sebagai tokoh sangkur, tidak peduli reputasi personal dari sisi kualitas,” imbuhnya.

Sementara itu, pengamat politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Jati berpendapat, penunjukkan Giring sebagai Ketua Umum dapat diartikan bahwa PSI ingin menunjukkan sebagai partai anak muda yang progresif. Hal ini selaras dengan citra PSI yang berisi anak-anak muda.

Namun di sisi lain, itu tidak diiringi dengan komunikasi politik yang baik. Hal ini mengakibatkan langkah-langkah PSI beberapa waktu terakhir malah menjadi bahan tertawaan publik.

“Hal itulah yang menimbulkan pertentangan kultur politik Indonesia di mana anak muda yang terlalu ‘maju’ itu dianggap ‘kurang tahu tata krama’. Kondisi itu yang membuat banyak masyarakat kini yang menertawakan PSI dengan kelakuan Giring yang tampak jauh dari dewasa dalam berpolitik,” kata Wasisto.

Wasisto menganggap penunjukan Giring sebagai Ketua Umum PSI berkaitan dengan representasi simbolis anak muda juga bisa berpolitik. Mereka mencari sosok yang bisa menjaring suara dari anak-anak muda.

“Penempatan Giring ini sebagai ketum juga tidak terlepas dari upaya menjaring suara massa pemilih muda terlebih karena Giring juga mantan anak band,” paparnya.

Strategi ini masih belum bisa disebut efektif untuk mendulang suara dari anak muda. Menurut Wasis, ada sejumlah hal yang masih harus dilakukan Giring cs.

“Efektif tidaknya itu tergantung dari apalah Giring dan PSI ini mampu mempertahankan ‘branding’ politiknya yang anti-mainstream ini atau tidak. Karena anak muda juga terfragmentasi, terlebih bagi mereka yang sudah jadi buzzer figur tertentu,” ujarnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *