Jakarta (Riaunews.com) – Seusai peresmian kapal rumah sakit terapung Laksamana Malahayati di Tanjung Priok, Jakarta, pada Sabtu (10/6/2023), Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto mengungkapkan bahwa Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDIP Puan Maharani akan menggelar pertemuan dengan dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Meski, dialog antarpartai apalagi menyoal kepentingan rakyat, menurutnya adalah sesuatu hal yang penting.
“Kita bisa berbeda secara politik, tetapi ketika ada ruang-ruang dialog apalagi untuk kepentingan rakyat, bangsa, dan negara itu merupakan hal yang positif,” ujar Hasto.
Kendati begitu, Hasto belum memastikan kapan tanggal dan waktu pertemuan tersebut. “Ya nanti lah, kan habis peresmian kapal Laksamana Malahayati, jadwal-jadwal di DPR, nanti kita lihat,” ujarnya.
Guna merealisasikan pertemuan Puan-AHY itu, Hasto pada Ahad kemarin lebih dulu menggelar pertemuan dengan Sekjen Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya.
Pertemuan dilakukan di restoran Ayam Goreng RM Berkah di Blok M, Jakarta, Ahad (11/6/2023) sore. Riefky mengatakan, dalam pertemuan yang berjalan hangat itu Hasto turut didampingi Ketua Fraksi PDIP DPR RI, Utut Adianto. Ia mengaku, keduanya memang sangat antusias membicarakan rencana pertemuan Puan Maharani-AHY.
“Namun, kami tetap menjaga etika politik dan saling menghormati posisi saat ini masing-masing partai terkait kontestasi Pilpres 2024,” kata Riefky, Senin (12/6/2023).
Sebelumnya Puan mengungkap potensi AHY untuk menjadi cawapres Ganjar Pranowo. Selain AHY, dalam rakernas III PDIP Selasa pekan lalu, Puan menyebut ada 10 nama kandidat cawapres yang terdiri dari kalangan menteri, ketua umum partai politik, hingga kepala daerah.
“Nama-nama itu ya termasuk dalam peta yang ada di PDI Perjuangan. Kalau boleh saya sebut nama itu dan semuanya tentu punya kelebihan-kelebihan,” ujar Puan di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Selasa (6/6/2023).
Menanggapi hal tersebut, AHY mengapresiasi siapa pun yang memperhitungkannya di Pilpres 2024.
“Saya menghormati, seperti saya menghormati siapapun yang memberikan sikap atau pernyataan. Bagi saya, demokrasi ruang yang bebas, ruang yang luas untuk hadirnya gagasan semacam itu,” kata AHY, Rabu (7/6/2023).
Rencana pertemuan Puan Maharani dan Agus Harimurti Yudhoyono dinilai, bisa jadi momentum rekonsiliasi politik. Pengamat politik, Khoirul Umam mengatakan, sudah hampir 20 tahun PDI Perjuangan dan Partai Demokrat terlibat dalam pola relasi konfliktual akibat gesekan politik masa lalu.
“Karena itu, rencana pertemuan Puan-AHY ini sangatlah produktif untuk kematangan demokrasi ke depan, di mana kompetisi politik tidak lagi disulut oleh politik kebencian akibat dendam masa lalu,” kata Khoirul, Ahad (11/6/2023).
Khairul merasa, sikap terbuka PDIP itu tampaknya dilatarbelakangi beberapa faktor. Pertama, tren peningkatan elektabilitas Prabowo di atas Ganjar yang disinyalir didukung sel-sel politik di lingkaran Istana Presiden.
Kini, PDIP mencoba bergerak cepat mengkonsolidasikan berbagai kekuatan politik yang memungkinkan dijangkau. Ini dalam rangka mengantisipasi jika akhirnya terjadi persaingan sengit antara Ganjar dan Prabowo.
Kedua, rusaknya pondasi hubungan PDIP-Nasdem dan perbedaan ideologis akut antara PDIP-PKS. Karenanya, Demokrat dinilai PDIP satu-satunya di Koalisi Perubahan yang bisa jadi celah membuka komunikasi ke depan.
Dengan demikian, siapapun yang masuk putaran kedua, masing-masing simpul koalisi memiliki pintu komunikasi menggalang dukungan. Termasuk, jika PDIP membaca Anies tidak akan berlaga atau tidak masuk di putaran kedua.
“Maka, Partai Demokrat dinilai PDIP paling memungkinkan untuk diajak berkoalisi, daripada mengajak PKS dan Partai Nasdem,” ujar Khoirul.
Sementara, pengamat politik dari Universitas Andalas, Najmuddin Rasul, mengatakan ada upaya dari PDIP untuk memecah belah Koalisi Perubahan dan Persatuan pendukung Anies Baswedan. Salah satunya yang dilakukan PDIP menurut Najmuddin adalah dengan mengundang Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono, dengan Ketua DPP PDIP Puan Maharani dalam waktu dekat.
“Langkah PDIP mengundang AHY adalah usaha memecah belah koalisi pendukung Anies,” kata Najmuddin, Ahad.
Najmuddin menyebut tidak heran bila komunikasi politik antara PDIP dan Demokrat kembali terbuka. Walau selama ini diketahui dua partai ini selalu tidak sejalan akibat ketidakakuran Susilo Bambang Yudhoyono dengan Megawati Soekarnoputri, tapi dalam politik kata dia tidak ada musuh yang abadi dan tidak ada kawan yang setia.
Sehingga, Najmuddin menilai sah-sah saja bila ada pembicaraan antara PDIP dengan Demokrat. Tetapi, menurunkan gengsi dengan mau menemui AHY lanjut Najmuddin juga dapat dinilai sebagai bentuk kegamangan PDIP menghadapi Pilpres 2024. Karena mereka masih kurang yakin dengan sosok Ganjar Pranowo yang sudah resmi diusung.
Sehingga PDIP melakukan berbagai cara untuk menggembosi calon lawan yang dianggap berat pada pertarungan Pilpres 2024 nanti.
“PDIP dan rezim melihat Anies benar-benar ancaman pada Pemilu nanti,” ujar Najmuddin. ***
Sumber: Republika