Selasa, 3 Oktober 2023

Dikira Batu Berisi Emas, Ternyata Nilainya Jauh Lebih Berharga

Meteorit yang ditemukan warga Australia di daerah Maryborough.

Melbourne (Riaunews.com) – David Hole menemukan batu besar berwarna kemerahan di Taman Daerah Maryborough, Australia pada 2015 lalu. Saat itu dia sedang berkeliling mencari sesuatu dengan alat pendeteksi logam dan menemukan benda itu.

David yang senang menemukan benda-benda segera membawa batu itu ke rumah dan berharap mendapatkan banyak emas setelah membukanya. Namun semua peralatan yang David pakai tidak bisa menembus batu yang keras itu.

Karena tidak bisa membuka batu, David yang penasaran membawa batu itu ke Museum Melbourne untuk diperiksa. Setelah diperiksa Dermot Henry, ahli geologi museum ternyata batu yang ditemukan David adalah batu asteroid langka dan bukan batu emas.

Henry pun sangat senang melihat batu asteroid langka itu karena selama 37 tahun bekerja di museum, Henry baru dua kali menerima asteroid asli setelah pemeriksaan.

“Itu memiliki tampilan terpahat, berlesung pipit… Itu terbentuk ketika mereka melewati atmosfer, mereka meleleh di luar, dan atmosfer memahatnya,” jelas Henry, dikutip dari Science Alert, Jumat (25/11/2022), sebagaimana dilansir Merdeka.

Berdasarkan penelitian, batu yang ditemukan David adalah batu asteroid berusia 4.6 miliar tahun. Batu itu pun diberikan nama Maryborough sesuai dengan tempat di mana David menemukannya.

Batu itu memiliki berat sebesar 17 kilogram dan setelah melalui pemeriksaan, peneliti menemukan batu itu memiliki persentase besi yang tinggi sehingga menjadikannya batu kondrit H5.

Dalam pemeriksaan, batu itu juga ditemukan mengandung tetesan mineral logam kecil mengkristal yang disebut chondrule. Henry menjelaskan kandungan asam amino juga dapat ditemukan dalam asteroid-asteroid langka lainnya.

“Asteroid membawa kita kembali ke masa lalu, memberikan petunjuk tentang usia, pembentukan, dan kimia Tata Surya kita (termasuk Bumi). Beberapa memberikan pandangan sekilas ke bagian dalam planet kita. Di beberapa asteroid, terdapat debu bintang yang bahkan lebih tua dari Tata Surya kita, yang menunjukkan kepada kita bagaimana bintang terbentuk dan berevolusi untuk menciptakan elemen tabel periodik,” jelas Henry.

Meski telah diteliti, namun para ahli belum dapat memastikan asal usul batu asteroid itu. Tapi Henry yakin batu itu dapat berasal dari sabuk asteroid yang berada di antara Planet Mars dan Jupiter. Henry juga percaya batu itu dapat jatuh ke Bumi karena bertubrukan dengan batu-batu asteroid lainnya.

Berdasarkan penanggalan karbon, peneliti menemukan batu itu telah berada di Bumi selama 100 hingga 1.000 tahun lamanya.

Meski batu itu bukan seperti yang David harapkan sebagai batu emas, namun para peneliti mengungkap batu itu lebih langka dibanding emas dan sangat berharga untuk ilmu pengetahuan. Batu itu bahkan batu asteroid ke-17 yang pernah ditemukan di wilayah Victoria, Australia.

Tinggalkan Balasan