Sabtu, 20 April 2024

Diperintahkan Bayar ke Perusahaan Media Lokal, Google Search Ancam Hengkang dari Australia

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 
ilustrasi

Canberra (Riaunews.com) – Bagi kebanyakan warga yang hidup di Australia, Google sudah identik dengan internet itu sendiri. Di situlah mereka mendapatkan berita, merencanakan liburan, bahkan berbelanja sehari-hari.

Namun adanya rencana UU Media Digital dari Pemerintah Australia akan mewajibkan raksasa teknologi itu membayar perusahaan media dan pembuat berita lokal, maka Google pun mengancam menghentikan layanannya.

Pertengkaran Google dengan Pemerintah Australia tampaknya akan berlangsung sengit.

“Google beranggapan mereka sangat superior sehingga orang sudah tidak dapat hidup tanpanya,” ujar Peter Lewis, Direktur Center for Responsible Technology, dilansir JPNN.com dari ABC.net.au.

“Banyak sekali efek lanjutan yang saya kira pihak Google pun mungkin belum memikirkannya,” katanya.

Jika Google menarik diri dari Australia, dapatkah warga di sini mengandalkan mesin pencari seperti Ask Jeeves?

 

Apa yang sedang terjadi?

Google telah menyatakan akan menghentikan layanan mesin pencari, atau ‘Google Search’ untuk pengguna internet di Australia setelah ada rencana UU Media Digital dari Pemerintah Federal.

UU ini akan memaksa raksasa teknologi tersebut membayar perusahaan media lokal untuk menyediakan konten mereka dalam pencarian di internet atau bila konten mereka dibagikan di jejaring sosial. Hal itu, menurut Google, akan “menghancurkan layanan gratis dan terbuka yang dibangun untuk melayani semua orang”.

Dengan ultimatum yang diumumkan Google minggu lalu, Perdana Menteri Australia, Scott Morrison menegaskan, “kami tidak menanggapi ancaman.”

Bila Google menghentikan layanan mesin pencari, maka pengguna internet di Australia harus mencari cara lain untuk menemukan restoran tertentu atau untuk menyelesaikan tugas sekolah.

“Google telah menjadi internet itu sendiri. Artinya, kami masuk ke halaman website apa saja melalui halaman Google, bukan dengan mengetikkan alamat URL website bersangkutan,” kata Peter dari Center for Responsible Technology.

“Tapi jika mereka menghapus pencarian di Australia, apakah mereka masih mempertahankan layanan Google Maps? Apakah mereka akan melanjutkan Gmail dan Google Docs?” ujarnya.

Apakah sudah pernah terjadi?

Kita belum pernah melihat kejadian seperti ini sebelumnya.

Namun hal yang agak mirip sudah terjadi, misalnya ketika Google telah menghapus beberapa layanannya dari berbagai negara sebagai tanggapan atas permasalahan lokal.

Pada tahun 2010, mereka menghentikan operasinya di China setelah menjadi target serangan dunia maya di sana.

Empat tahun kemudian, layanan Google News dihapus dari Spanyol setelah pemerintah mengesahkan UU Hak Cipta yang memaksa mesin agregator untuk membayar penyedia berita.

“Saya tak yakin apakah mereka serius dengan ancaman ini,” ujar Dr Belinda Barnet, pakar regulasi media di Swinburne University, Melbourne.

“Tapi jika mereka mau, mereka pasti bisa menghentikan layanan pencarian di Australia,” tambahnya.

Google dan kalangan penerbit Prancis minggu lalu membuat kesepakatan hak cipta yang mengharuskan raksasa digital membayar penerbit berita untuk konten online mereka. Tapi, menurut Peter, pihak Google mampu mengontrol persyaratan dalam perjanjian itu.

“Jadi saya melihat penolakan terhadap UU di Australia, lebih sebagai kekhawatiran Google jangan sampai hal ini menjadi preseden global,” katanya.

Apa dampaknya sehari-hari?

Menurut Komisi Persaingan dan Konsumen, Google menyumbang 90 persen lalu lintas pencarian dari pengguna komputer desktop Australia pada tahun 2018, dan 98 persen dari pengguna seluler.

Menurut Dr Belinda momentum ini sebaiknya digunakan untuk memikirkan alternatif selain Google.

Ada juga pertanyaan tentang apa dampak penghentian layanan ini bagi pengguna Android, mengingat Google telah membeli Android Inc. pada tahun 2005.

Lewis mengatakan ini adalah salah satu dari sekian banyak dampak yang belum diketahui di balik ancaman dari Google. Ia menyebutkan, bila Google menghentikan layanan pencarian, lantas bagaimana dengan layanan lainnya.

Lalu, peluang apa yang bisa dimanfaatkan oleh penyedia layanan lainnya.

Dampaknya pada bisnis

Baik Dr Belinda maupun Peter sependapat jika dampak yang paling besar dari penutupan layanan mesin pencari Google akan dirasakan kalangan bisnis Australia.

“Pasar periklanan digital untuk pencarian Google di Australia saat ini bernilai sekitar $4,3 miliar per tahun,” jelas Dr Belinda.

“Dan Google rela melepaskan pasar ini hanya demi menghindari kewajiban membayar harga yang pantas untuk konten berita lokal,” ujarnya.

Menurut analisis Centre for Responsible Technology, Google saat ini menyumbang lebih dari 51 persen dari semua iklan online di Australia.

Bisnis kecil khususnya, telah mendapatkan keuntungan dari cara efektif untuk beriklan melalui Google.

“Gangguan yang terjadi tidak begitu banyak terkait dengan pencarian yang dilakukan seseorang, apakah menggunakan Google atau langsung alamat URL,” jelas Lewis.

Tapi akan sangat terasa bagi bisnis dan layanan lainnya yang mengandalkan platform Google untuk beroperasi di internet.

Alternatif mesin pencari di internet

Apakah ancaman Google ini benar-benar akan terjadi, masih harus ditunggu kelanjutannya. Namun diperkirakan bahwa alternatif untuk mesin pencari di internet, seperti Ask Jeeves (sekarang dikenal hanya sebagai “Ask”), akan langsung menggeser Google.

“Pesaing utama Google adalah Bing. Bing merasa familiar dan cara kerjanya hampir sama seperti Google, yaitu mempersonalisasi pencarian, dapat diunduh di ponsel dan bisa dijadikan browser otomatis,” jelas Dr Belinda.

Kemungkinan keluarnya Google dari pasar Australia juga dapat menciptakan peluang bagi pemain lain untuk mengisi kekosongan.

Menurut Dr Belinda, saat ini semakin banyak negara yang mempertimbangkan agar Google membayar harga yang pantas untuk konten berita di seluruh dunia.

“Bila menghentikan layanannya di tiap negara, Google tidak akan memiliki produk yang tersisa. Jadi saya tidak melihat mereka akan melakukan hal ini secara massal,” katanya.

“Bila benar terjadi di Australia, kita akan tetap survive [bertahan],” ujar Dr Belinda Barnet.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *