Pekanbaru (Riaunews.com) – Amarah Wakil Gubernur Riau, Eddy Natar Nasution pecah ke Kepala Divisi Sekretariat Perusahaan Bank Riau Kepri (BRK), Edi Wardhana. Eddy marah karena adanya pemotongan dana untuk masjid.
Rekaman pembicaraan Eddy Natar marah ke Edi Wardhana tersebar luas hingga viral di media sosial.
Dalam rekaman suara berdurasi 5 menit 12 detik yang diterima detikSumut terdengar Eddy Natar mencecar Edi Wardahana soal bantuan masjid. Selama Ramadan ini Bank Riau Kepri atau BRK menyalurkan dana Corporate Social Responsibility (CSR).
Awalnya Edi menjelaskan bantuan dana ke sejumlah daerah berbeda-beda, untuk di Pekanbaru bantuan Rp 25 juta dan di luar Pekanbaru Rp 50 juta.
“Kota atau kabupaten di luar Pekanbaru diberikan Rp 50 juta. Oleh gubernur dan wakil gubernur di beberapa tempat ada Rp 25 juta,” kata Edi seperti dilihat, Senin (10/4/2023).
Mendengar itu, Eddy Natar pun langsung emosi hingga mencecar Edi dengan nada tinggi. Sebab, ada perbedaan angka soal bantuan di beberapa daerah.
“Di beberapa tempat mana maksudnya? Tadi kamu bilang cuma Pekanbaru Rp 25 juta, sekarang kamu bilang di luar kota. Di beberapa tempat pak di Pekabaru. Berarti di luar kota semua Rp 50 juta,” kata Eddy.
“Iya,” jawab Edi Wardhana singkat.
Eddy Natar kesal lantaran saat Safari Ramadan hanya dapat menyalurkan Rp 25 juta. Padahal harusnya dia juga mendapat Rp 50 juta untuk lokasi masjid yang dikunjunginya.
“Pertanyaan saya, pak gub itu di Rohil ada Rp 50 juta ada Rp 25 juta. Itu anggaran dari mana,” kata Eddy Natar tegas.
“CSR Bank Riau pak,” kata Edi Wardhana.
“CSR Bank Riau. Kenapa bisa dia Rp 75 saya disuruh Rp 25 di Kampar itu. Ini tak bener semua model kalian ini. Jangan lakukan ketidakadilan, kamu kata orang masjid. Orang masjid untuk membantu orang masjid juga, kenapa otak kalian bisa seperti itu,” kata Eddy Natar.
Eddy kesal karena bantuan untuk masjid di Kampar dipotong tanpa sepengetahuanya. Ia pun meminta tidak ada pencitraan pada masyarakat saat beribadah
“Saya mau datang ke masjid memberikan bantuan terus dipotong. Di mana akal sehat kalian, apa sekedar untuk pencitraan kepada masyarakat itu? Beribadah jangan seperti itu, tidak ada gunanya gituloh,” kata Eddy Natar.
“Kalau memang tidak niat jangan dikasih rakyat itu. Rakyat bukan pengemis, saya yakin ditanya mereka bukan pengemis. Kewajiban kita yang harus memperhatikan mereka. Ini dimain-mainkan seperti itu apa modelnya,” katanya lagi.
Bahkan Eddy Natar mengaku siap bertaruh jabatan demi memperjuangkan kepentingan masyarakat. Khususnya dana bantuan yang dipotong tersebut dan minta bos-bos BRK tak main-main.
“Saya mohon maaf kalau kedzoliman seperti ini saya pertaruhkan jabatan saya. Jangan main-main dengan saya ya, saya tidak pernah menguslili orang, saya tidak pernah ganggu orang, tapi kenapa kalian dzolimi begitu,” kata Brigjen (Purn) Eddy Natar.
Eks Danrem 031 Wirabima itu kemudian menyebut-nyebut nama Gubernur Riau, Syamsuar.
“Saya akan pertanyakan, saya kejar bener ini. Jangan main-main sama saya, ketidakadilan ini sudah terlalu parah,” kata Eddy Natar dalam rekaman suara beredar diterima detikSumut, Senin (10/4/2023).
Eddy mengaku selama ini diam soal ada ketidakadilan selama empat tahun menjadi wakil gubernur. Namun terkait bantuan ke masjid saat melakukan safari Ramadan, ia tak terima.
“Selama ini saya diam saja. Kalau sampai dana untuk umat, untuk masyarakat pun dibikin begitu ya mohon maaf saya bilang. Bulan puasa lagi. Lebih bagus tidak usah kita kasih kalau seperti itu. Bukan ibadah, malah tidak karu-karuan,” katanya dengan suara tegas.
Eddy menyebut cara seperti itu sangat jahat. Bahkan ia mengaku akan menyampaikan terkait pemotongan dana oleh Gubernur Riau Syamsuar kepada masyarakat.
“Kalau memang seperti itu itu jahat sekali, mohon maaf saya bilang. Saya kalau perlu ketemu orang di masjid saya sampaikan, ini perintah gubernur,” kata Eddy.
Bukan tanpa alasan, Eddy mengaku dalam rapat BRK sudah ditetapkan dana bantuan masjid saat melakukan safari Ramadan di luar Pekanbaru Rp 50 juta. Sementara dana bantuan dalam Kota Pekanbaru Rp 25 juta.
“Itu namanya dzolim, BRK kan sudah rapat. Hasil rapat BRK menetapkan di luar Kota Pekanbaru 12 kabupaten kota itu gubernur Rp 50 juta, wagub Rp 50 juta. Kenapa kok bisa gubernur memerintahkan kamu, ini kan gubernur perintahkan kamu, betul? Melalui telefon atau ketemu?,” kata Eddy Natar mencecar Kepala Devisi Sekretaris Perusahaan BRK, Edi Wardhana.
Sementara Edi Wardhana saat dikonfirmasi membenarkan percakapan dirinya dengan Wagub Eddy Natar. Tetapi ia enggan untuk menjelaskan duduk persoalannya.
“Saya lagi mau rapat. Iya (benar soal suara percakapan dengan Wagub viral),” kata Edi singkat.***