Yogyakarta (Riaunews.com) – Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto tak berani menegur kader senior partainya, Jusuf Kalla, yang memberikan dukungan kepada calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan.
Seperti diketahui, Partai Golkar adalah salah satu partai yang mendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
“Ya, senior (Jusuf Kalla) selalu kita hormati,” ujar Airlangga saat ditemui di Grand Pacific Hall, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Ahad (24/12/2023), dilansir Kompas.
Dia menambahkan, dukungan Jusuf Kalla ke Anies Baswedan juga sesuatu yang sudah diantisipasi Partai Golkar. Ia juga yakin dukungan ke Anies ini tidak akan menggerus suara Golkar dan Prabowo di Sulawesi.
“Ya karena itu sesuatu yang bisa diantisipasi,” tutur dia.
“Kita cukup solid. Di Sulawesi juga solid,” ucap Airlangga.
Sebelumnya, Jusuf Kalla, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI mengungkapkan alasan dukungannya pada capres nomor urut satu, Anies Baswedan.
Jusuf Kalla bercerita bahwa Anies Baswedan adalah murid politiknya.
“Boleh dibilang saya yang mengajarkan politik (kepada) Anies. Dulu di Universitas Paramadina, tiap Jumat kami makan siang sama-sama dan saya memberikan mereka (Anies) isu-isu dan pengalaman politik, tiap Jumat,” kata Jusuf Kalla di acara silaturahmi Presidium Gerakan Rakyat Sulawesi Selatan Tim Nasional (Timnas) Pemenangan AMIN di Gedung Islamic Center IMM, Makassar Sulawesi Selatan, Selasa (19/12/2023), seperti dikutip dari Antara.
“Dari situ saya mengerti bahwa Anies cepat mengerti persoalan dan memberi dasar pengetahuan untuk menyelesaikannya,” lanjut dia.
Miliki pengetahuan ekonomi
JK mengungkapkan, menjadi presiden bukan tugas yang mudah. Presiden harus memahami semua hal, terutama mengenai persoalan ekonomi.
Menurut JK, Indonesia membutuhkan pemimpin yang memahami dasar-dasar ekonomi.
Sebab, banyaknya konflik peperangan antarnegara membuat ekonomi dunia kian tak terkendali.
“Dunia lebih sulit lima tahun akan datang. Ekonomi dunia sulit akibat perang di Gaza Ukraina, belum lagi China dan Amerika yang saling bertentangan, demikian juga Eropa. Jadinya ekonomi dunia menurun,” paparnya.***