Jakarta (Riaunews.com) – Pemungutan suara Pilkada Jakarta telah dilaksanakan pada Rabu, 27 November 2024. Hasil quick count atau hitung cepat berbagai lembaga survei menempatkan duet kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Pramono Anung-Rano Karno (Pram-Doel) unggul dari dua rivalnya.
Perlu diketahui, duet Pram-Doel juga didukung oleh Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Anies pernah menyampaikan sejumlah rencananya ke depan setelah tidak maju Pilkada 2024.
Anies merespons usulan agar dirinya masuk partai politik (parpol) atau mendirikan parpol. Anies beri sinyal membangun ormas atau parpol.
Baca Juga: Tinggalkan Anies dan Gabung KIM, PKS Malah Hancur di Jakarta, Depok dan Jawa Barat
“Ada yang usul supaya saya masuk partai atau bikin partai politik. Nah, gini. Kalau masuk partai, pertanyaannya, partai mana yang sekarang tidak tersandera oleh kekuasaan. Jangankan dimasuki, mencalonkan saja terancam. Agak berisiko juga bagi yang mengusulkan. Jadi, ini adalah sebuah kenyataan nih. Jadi, kita lihat ke depan,” ujar Anies dalam video yang diunggah di YouTube @aniesbaswedan, Jumat (30/8/2024).
Nah, bagaimana jalan politik Anies jika berhasil bikin kader PDIP unggul di Pilkada Jakarta?
Pengamat Politik sekaligus Direktur Rumah Politik Indonesia Fernando Emas menilai keterlibatan Anies Baswedan pada Pilkada Jakarta tentu menarik dicermati, apalagi sebelumnya gagal mengikuti kontestasi menjadi calon gubernur.
Dia menambahkan, turutnya Anies melakukan endorsement terhadap pasangan yang diusung oleh PDIP tentu memiliki pertimbangan tersendiri.
“Keputusan Anies Baswedan mendukung pasangan Pramono Anung – Rano Karno tentu ingin menunjukkan eksistensinya. Termasuk ingin menunjukkan kepada para elite dan masyarakat Indonesia bahwa dukungannya terhadap pasangan nomor urut 3 tersebut lebih memberikan pengaruh dibandingkan dukungan Presiden ke-7 RI Joko Widodo,” kata Fernando kepada SINDOnews, Kamis (5/12/2024).
Dia melihat Anies ingin dilibatkan oleh Pramono – Rano dalam menata Jakarta ketika berhasil memenangkan kontestasi.
“Diharapkan keterlibatannya di Jakarta akan mampu menjaga eksistensinya didalam perpolitikan untuk kepentingan kontestasi 2029,” pungkasnya.
Baca Juga: PKS Ucapkan Selamat ke Anies Baswedan yang Bawa Pramono-Rano Menang di Pilgub DKI
Sementara itu, Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti melihat masih serba remang. “Di alam politik kita balas jasa politik serasa bukanlah sesuatu yang terasa lazim. Sebaliknya, saling melompatlah yang umum terjadi dalam alam politisi kita,” ujar Ray kepada SINDOnews.
Dia menambahkan, dalam politik persekawanan hanya seumur jagung, tak ada idiologi, tak ada kesetiaan, dan tak ada rasa sungkan.
“Politik kita dimotori oleh ambisi dan ideologi berkuasa. Apa pun caranya,” ungkapnya.
Ray menuturkan, kekuasaan mengundang semua kemuliaan, kehormatan, dan uang. “Sementara di luar seperti hinaan. Maka itulah kiranya mengapa semua seperti menisbikan moral, etik, dan kesetiaan. Kesetian hanya ada pada tujuan diri sendiri,” katanya.
“Belajar dari sini, maka sulit membayangkan perlabuhan politisi Indonesia. Yang kemarin menyeru antimiliterisme, sekarang dengan senang hati jadi bagian kekuasaan dari mantan militer. Waktu kampanye mengusung semangat perubahan, sekarang malah nyaman dengan mereka yang mengusung keberlanjutan. Itulah alam politik kita,” pungkasnya.
Pendapat berbeda disampaikan oleh Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (SUDRA) Fadhli Harahab. “Pascagagal dalam dua momen politik: pilpres dan Pilkada Jakarta, karier politik Anies Baswedan seperti berada di persimpangan jalan,” kata Fadhli.
“Pasca itu beliau menyatakan akan membuat parpol baru dan ikut mendukung Paslon Pramono-Rano di Pilgub Jakarta. Melihat beberapa peristiwa itu, Anies seperti berada dalam kegamangan politik,” sambungnya.
Namun demikian, lanjut dia, langkah politik Anies mendukung Pram-Doel perlu diapresiasi sebagai sikap politik.
“Lalu apakah Anies akan masuk parpol, khusus ke PDIP atau parpol lain? Masih menjadi tanda tanya,” imbuhnya.
Menurut dia, ada beberapa opsi yang mungkin saja diambil Anies. “Bikin parpol baru, tetapi ini barangkali sulit terwujud jika tidak didukung dengan kondisi finansial dan jaringan kuat,” kata dia.
Opsi lainnya adalah bergabung dengan parpol yang tidak lolos parlemen. “Dan saya kira ini lebih bisa menjaga gengsi Anies karena bisa berada dalam struktur pusat atau ikut mempengaruhi kebijakan parpol tersebut,” jelasnya.
Opsi berikutnya adalah bergabung dengan parpol yang lolos parlemen. “Tetapi tidak bisa mempengaruhi kebijakan parpol alias kader biasa-biasa saja. Serta menjadi seorang profesional kembali atau kembali ke kampus,” pungkasnya.***
Eksplorasi konten lain dari Riaunews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.