Jakarta (Riaunews.com) – Partai Amanat Nasional (PAN) mengaku siap melawan siapa pun yang menggunakan politik identitas untuk menjatuhkan elektabilitas lawan politiknya di Pilpres 2024.
Pernyataan PAN itu menanggapi soal sebutan ‘Nasdrun’ yang muncul seusai Anies Baswedan resmi diusung Partai NasDem maju menjadi calon presiden (Capres), beberapa waktu lalu.
Wakil Ketua Umum DPP PAN Viva Yoga Mauladi awalnya menganggap pelebelan Nasdrun yang diduga ditujukan kepada Anies bisa memicu disintegrasi bangsa.
“Istilah-istilah cebong, kampret, kadrun, nasdrun, dan apa lagi nantinya, menyebabkan polusi dan udara politik menjadi pengap, tidak sehat, dan tidak mencerdaskan kehidupan bangsa,” kata Viva kepada wartawan, Selasa (11/10/2022).
Viva juga menilai diksi tersebut bisa menjadi racun dan mengotori pemikiran masyarakat Indonesia. Menurutnya, hal itu cuma akan mengurangi nilai kompetisi pemilu.
“Istilah tersebut adalah bentuk framing media yang destruktif dan menjadi racun yang mengotori otak dan pemikiran masyarakat Indonesia,” kata dia.
“Hal itu akan menyebabkan kompetisi elektoral di Pilpres mengarah ke zero sum game, menang jadi arang kalah jadi abu. Atau seperti kata pemikir Thomas Hobbes, “Homo homini lupus est”, manusia bagai serigala yang memakan atau menikam sesama manusia,” sambungnya.
Viva menyebut, istilah negatif itu akan mempertebal penggunaan identitas agama dimasukkan ke dalam turbulensi politik demi peningkatan elektoral.
Menurutnya, memilih itu hak asasi. Dasar pilihan karena kesamaan primordial atau berdasarkan suku, agama, ras, etnis, atau budaya adalah hak politik warga yang dijamin oleh konstitusi.
“Tetapi jangan memasukkan perbedaan primordial itu untuk alat politik dalam rangka menjelekkan, memfitnah, hate speech dari figur tertentu untuk tujuan meningkatkan elektoral. PAN menentang dan menolak gaya dan cara politik identitas seperti ini.”
Viral Sebutan Nasdrun
Sebelumnya, sebutan ‘Nasdrun’ ramai di media sosial setelah Anies Baswedan dideklarasikan Partai NasDem sebagai Calon Presiden 2024 mendatang. Sebutan itu muncul diduga dari kelompok yang tak suka terhadap Anies.
Terkait ini, Wakil Ketua DPD Demokrat Banten, Heri Handoko mengatakan, sebutan Nasdrun tersebut merusak atmosfer demokrasi dan dapat memecah-belah masyarakat yang pernah terjadi pada Pilpres sebelumnya.
“Saya kira sebutan Nasdrun merupakan hal yang kurang baik dalam atmosfer demokrasi hari ini. Penggunaan kalimat atau kata negatif telah membuat masyarakat terbelah. Terbukti pada perhelatan pilpres 2014 dan 2019,” kata Heri saat dikonfirmasi, Senin (10/10/2022).
Heri menuturkan, saat ini masyarakat sudah lelah dan jengah dengan pihak yang menggunakan politik sentimen primordial atau politisasi agama untuk mendulang suara.
Saat ini, kata Heri, Demokrat lebih memilih fokus untuk melakukan perubahan dan perbaikan di masyarakat. Bukan lagi terus-terusan terjebak serangan pendengung atau buzzer.
“Masyarakat ingin adanya sebuah perubahan dan perbaikan, kami mendengarnya secara langsung. Bagaimana harga BBM naik, harga bahan pokok melambung tinggi, itu yang menjadi PR kita bersama. Itu yang harus segera kita pecahkan masalahnya dari hulu maupun hilirnya,” beber Heri.
“Bukan terjebak kepada narasi buzzer yang hanya bisa merusak tatanan demokrasi Bangsa Indonesia yang sedang on the right track. Kami tegaskan kembali, Demokrat mengusung perubahan dan perbaikan, kepentingan nasional menjadi hal yang mutlak kami perjuangkan.”***