Kamis, 13 Maret 2025

Dibangun di Era Jokowi, Empat Bandara yang Habiskan Anggaran Triliunan Rupiah Ini Sekarang Nganggur

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 
Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati yang dibangun dengan anggaran Rp2,6 triliun kini kosong melompong tanpa satupun penerbangan komersial. (Foto: Tribunnews)

Jakarta (Riaunews.com) – Pemerintah Indonesia di bawah rezim Joko Widodo telah menghabiskan triliunan rupiah untuk membangun infrastruktur, termasuk pembangunan bandara baru.

Namun, sejumlah bandara yang baru saja selesai dibangun kini berada dalam keadaan nganggur dan mati suri karena sepi penumpang dan tidak beroperasi.

Berikut adalah empat bandara yang menjadi contoh ironi pembangunan infrastruktur di Indonesia, dilansir dari Viva.co.id:

1. Bandara JB Soedirman, Purbalingga

Bandara JB Soedirman diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 1 Juni 2021 dengan anggaran pembangunan sebesar Rp 350 miliar. Namun, bandara ini kini tidak memiliki jadwal penerbangan lagi karena sepi penumpang.

Sebelumnya, bandara ini digunakan oleh maskapai Citilink untuk rute Jakarta-Purbalingga-Jakarta, tetapi rute tersebut ditutup pada Agustus 2022.

2. Bandara Ngloram, Blora

Bandara Ngloram diresmikan pada Desember 2021 dengan anggaran pembangunan sebesar Rp 80 miliar. Meskipun diresmikan dengan penuh semangat, bandara ini tidak memiliki jadwal penerbangan yang beroperasi.

Wings Air sempat menggunakan bandara ini untuk rute Pondok Cabe-Ngloram, tetapi rute tersebut ditutup karena sepi penumpang.

3. Bandara Wiriadinata, Tasikmalaya

Bandara Wiriadinata diresmikan pada Februari 2019 dengan anggaran sebesar Rp 30 miliar. Bandara ini sempat tidak beroperasi karena sepi penumpang, namun pada Agustus 2022, Susi Air membuka penerbangan dari bandara ini menuju Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Namun, penerbangan rute ini sangat bergantung pada permintaan penumpang.

4. Bandara Kertajati, Majalengka Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB)

Kertajati dibangun dengan anggaran jumbo hingga Rp 2,6 triliun dan diresmikan pada 24 Mei 2018. Meskipun merupakan bandara terbesar kedua di Indonesia setelah Soekarno Hatta, bandara ini berhenti melayani penerbangan reguler berjadwal pada Juli 2019 karena sepi penumpang. Akses ke bandara yang tidak memadai menjadi salah satu penyebab utama sepi penumpang.

Empat bandara ini menjadi contoh ironi pembangunan infrastruktur di Indonesia, di mana investasi besar tidak diikuti oleh operasional yang efektif.

Pemerintah berharap dengan adanya penerbangan umrah dan penerbangan feeder dari daerah lain, bandara-bandara ini dapat kembali beroperasi dan ramai. Bagaimana menurut Anda?***

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *