Goenawan Mohamad Dirujak Netizen Gegara Cuit Kasus Anak Ibnu Sutowo

Pekanbaru (Riaunews.com) – Jurnalis Senior Goenawan Mohamad (GM) mendapat kritikan bertubi-tubi dari sejumlah netizen +62 yang komentarnya terkenal “pedas”.

Hal ini tak lepas dari cuitan GM sendiri yang mengungkit-ungkit kasus anak mantan direktur utama Pertamina Ibnu Sutowo pada 2004 silam.

Tak jelas, dalam kaitan apa GM menulis status tersebut, namun yang jelas netizen mengkritisinya karena mengaitkan dengan Soeharto.

“Saya belum lupa anak Dirut Pertamina Jend. Ibnu Sutowo menembak mati seorang di sebuah restoran. Begitu saja. Saya tak ingat apakah dia dihukum berat. Itu zaman Suharto, ketika yg berkuasa praktis bisa bertindak sesukanya,” cuit Goenawan Muhammad melalui akun Twitternya @gm_gm, yang dipantau Riaunews.com, Sabtu (25/2/2023).

Kontan saja, cuitan tersebut mendapat kritikan pedas dari netizen.

Salah satunya berasal dari politikus Partai Demokrat Cipta Panca Laksana.

“Pak Goen, saya pertama jadi wartawan penugasan pertama saya mewawancarai bapak sebagai narsum saya. Dulu saya deg2an mewawancarai bapak. Saking hormatnya saya sama nama besar bapak. Tapi kini hilang karena bapak udah mirip buzzeRp rezim now. Adiguna itu kejadian zaman SBY,” balas Panca di akun @panca66.

Pak Goen, saya pertama jadi wartawan penugasan pertama saya mewawancarai bapak sebagai narsum saya. Dulu saya deg2an mewawancarai bapak. Saking hormatnya saya sama nama besar bapak. Tapi kini hilang karena bapak udah mirip buzzeRp rezim now. Adiguna itu kejadian zaman SBY https://t.co/cx3n61dgnN

— 14#RepublikDagelan (@panca66) February 24, 2023

 

Kembali mengingat, Ibnu Sutowo merupakan mantan Direktur Utama Pertamina di zaman Orde Baru.

Namanya kembali mencuat karena kasus penembakan yang dilakukan oleh anaknya, Adiguna Sutowo, pada malam pergantian tahun 2004 ke 2005 di sebuah klub malam di lantai dua Hotel Hilton Jakarta (sekarang Hotel Sultan).

Dikutip dari Tempo, Adiguna Sutowo kemudian divonis bersalah oleh Majelis Hakim dan dihukum tujuh tahun penjara dalam persidangan yang digelar pada Juni 2005.***